Analisis Jurnal

ANALISIS J

Suplementasi vitamin A dan asupan zat gizi dengan serum retinol dan
morbiditas anak 1-3 tahun

Milliyantri Elvandari, Dodik Briawan, Ikeu Tanziha


ABSTRAK :
Latar belakang: Morbiditas penyakit infeksi di negara berkembang merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensi masih tinggi terutama untuk anak di bawah lima tahun. Asupan vitamin A merupakan salah satu faktor penyebab yang dapat mempengaruhi morbiditas.
Tujuan: Menganalisis hubungan suplementasi vitamin A dan asupan gizi dengan serum retinol serta hubungan suplementasi vitamin A, asupan gizi, dan serum retinol dengan morbiditas anak usia 1-3 tahun.
Metode: Desain penelitian cross-sectional yang dilaksanakan bulan Februari-Maret 2016 di Kabupaten Kudus dan Grobogan, Jawa Tengah. Subjek
dalam penelitian ini adalah anak usia 1-3 tahun (n=140). Serum retinol dikumpulkan dengan mengambil sampel darah melalui vena kemudian dianalisis menggunakan HPLC, asupan zat gizi dengan food recall 2x24jam, dan wawancara terstruktur dengan ibu subjek. Analisis data yang digunakan adalah uji Chi-Square.
Hasil: Studi ini menemukan bahwa 68 subjek (48,6%) tidak mengambil suplementasi vitamin A. Prevalensi anak-anak memiliki asupan gizi kurang (<90% AKG) yang relatif tinggi yaitu sebesar 68,6% untuk asupan energi; 47,1% protein; 70,7% lemak; dan prevalensi defisiensi vitamin A (<77% AKG) yang relative tinggi sebesar 60%. Sejumlah 24,2% subjek memiliki serum retinol rendah (<20μg/dl). Suplementasi vitamin A, lemak, dan asupan vitamin A berhubungan dengan retinol serum (p<0,05). Suplementasi vitamin A, asupan vitamin A, vitamin C, zink, dan serum retinol berhubungan dengan morbiditas (p<0,05).
Simpulan: Anak yang tidak mengambil kapsul vitamin A serta asupan vitamin
A, vitamin C, zink, dan retinol serum yang rendah memiliki morbiditas yang lebih tinggi.

BACKGROUND
Berdasarkan data WHO tahun 2010 pada Weekly Morbidity and Mortality Report (WMMR), dilaporkan bahwa pada minggu ke-22 (29 Mei-4 Juni 2010) dari semua jumlah kunjungan pasien, 12% diantaranya adalah kasus penyakit diare dan dari semua jumlah kunjungan pasien, 23% diantaranya adalah balita, dan yang menderita penyakit diare adalah 9% dari semua jumlah kunjungan pasien balita. Sementara di Indonesia, prevalensi diare pada tahun 2013 lebih kecil (3,5%) dibandingkan dengan prevalesi diare tahun 2007 (9%) sedangkan prevalensi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) tahun 2013 (25%) tidak jauh berbeda dengan tahun 2007 (25,5%). Meskipun demikian, harus tetap dilakukan penanganan secara berkala. Prevalensi pneumonia pada tahun 2007 sebesar 11,2% meningkat menjadi 18,5% pada tahun 2013 (6). Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2013, lima besar morbiditas dan mortalitas pada anak usia 1-4 tahun di Indonesia adalah ISPA (25,8%); pneumonia (21,7%); demam (14%); diare dan gastroenteritis (14,4%) (5). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah penemuan dan penanganan diare pada balita sebesar 42,6% .
Program pemberian suplementasi vitamin A merupakan program pemerintah di seluruh daerah di Indonesia. Rerata cakupan secara nasional di Indonesia mencapai 85,8% dan Jawa Tengah merupakan cakupan
kapsul vitamin A tertinggi kedua setelah Yogyakarta (98,39%) (6). Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, terdapat kabupaten yang memiliki cakupan
kapsul vitamin A tinggi dan rendah yaitu Kabupaten Kudus untuk cakupan tinggi (95%) dan Kabupaten Grobongan dengan cakupan rendah (65,5%) (7). Suplementasi vitamin A menurunkan morbiditas penyakit demam, diare, campak, dan memperbaiki status gizi (wasting, underweight).

Goal    : Untuk melihat pengaruh suplementasi vitamin A dan asupan zat gizi terhadap serum retinol dan morbiditas anak usia 1-3 tahun di Jawa Tengah.

METHOD
Desain                            : cross-sectional, Dua kabupaten yang dipilih berdasarkan
cakupan suplementasi vitamin A tinggi dan rendah yaitu Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobongan.
Tempat                       : Kabupaten Kudus dan Grobogan, Jawa Tengah
Waktu                                    : Bulan Februari sampai Maret 2016
Populasi sumber         : Adalah anak berusia 1-3 tahun dari tiga desa di setiap kecamatan
CONT
Kriteria Pemilihan (inklusi dan ekslusi) :
Subjek adalah anak berusia 1-3 tahun dari tiga desa di setiap kecamatan
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu anak sehat (tidak menderita infeksi) berdasarkan hasil pemeriksaan dokter setempat, ibu memberikan izin kepada tim peneliti untuk mengambil sampel darah anak, dan mematuhi prosedur penelitian yang sebelumnya sudah dijelaskan.
Besar Sampel : Besar sampel minimal diperoleh berdasarkan hasil perhitungan rumus dengan melihat perubahan setidaknya 10% dari kosentrasi serum retinol dalam darah anak; standar deviasi (σ) sebesar 14,2 μg/dl; dan peningkatan serum retinol ( sebesar 8,1μg/dl sehingga dibutuhkan Sampel minimal sebanyak 70 subjek di setiap Kecamatan.
Assesment and meassuments : Data berat badan dan tinggi badan diperoleh dengan pengukuran subjek, asupan zat gizi dengan food recall 2x24 jam, serum retinol darah dengan pengambilan darah vena kemudian diukur dengan menggunakan metode high performance liquid cromotography (HPLC). Sementara data karakteristik subjek, data morbiditas (jenis penyakit infeksi: diare, ISPA, demam, batuk), frekuensi sakit, dan lama sakit dikumpulkan dengan cara
wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Asupan zat gizi adalah rerata asupan zat gizi yang dikonsumsi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG).
Statistical Analysis :
Analisis univariat dilakukan dengan menyajikan distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare untuk melihat pengaruh suplementasi vitamin A dan asupan zat gizi terhadap serum retinol dan morbiditas anak usia 1-3 tahun di Jawa Tengah.


RESULT
Tabel 1 : Sebaran jenis kelamin subjek di Kudus sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (51,4%) sedangkan Grobogan sebagian besar perempuan (51,4%). Program pemberian suplementasi vitamin A dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa di Kudus sebesar 54,3% subjek mendapatkan suplementasi vitamin A dua kali dalam satu tahun sedangkan untuk Grobogan sebesar 51,4% subjek hanya mendapatkan suplementasi vitamin A satu kali dalam satu tahun terakhir pada tahun 2015. Kecukupan asupan energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, dan zink anak usia 1-3 tahun yaitu 1.125 kkal/hari; 26 g/hari; 44 g; 400 RE; 40 mg; dan 4 mg (18). Sebagian besar tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak pada subjek tergolong defisit (>50%). Demikian juga dengan tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, dan zink subjek sebagian besar kurang (>50%). Berdasarkan hasil analisis HPLC, rerata serum retinol subjek sebesar 27,9±6,3μg/dl dan status serum retinol sebagian besar subjek di Kudu (82,9%) dan Grobogan (92,9%) tergolong serum retinol normal. Morbiditas adalah indikator penting dalam suatu wilayah untuk mencerminkan keadaan kesehatan suatu wilayah. Rerata skor total penyakit infeksi subjek sebesar 26,1±13 dan sebagian besar subjek memiliki skor morbiditas tinggi yaitu di Kudus sebesar
61,4% dan Grobogan sebesar 52,9%.
Tabel 2 : Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara suplementasi vitamin A dengan serum retinol (p<0,05). Subjek yang mendapatkan suplementasi
vitamin A lengkap memiliki morbiditas penyakit infeksi yang rendah dibandingkan dengan anak yang tidak lengkap mendapatkan suplementasi vitamin A dalam satu tahun terakhir. Tidak terdapat hubungan antara asupan energi, protein, dan lemak dengan serum retinol anak (p>0,05). Sebagian besar subjek dengan tingkat kecukupan energi dan protein normal dan defisit
memiliki serum retinol normal karena banyak factor lain yang mempengaruhi serum retinol selain asupan energi dan protein. Namun, terdapat hubungan antara
asupan lemak dengan serum retinol (p<0,05). Sebanyak 16,5% subjek dengan tingkat kecukupan lemak kurang memiliki morbiditas tinggi. Demikian pula
terdapat hubungan signifikan antara asupan vitamin A dengan serum retinol (p<0,05). Sebanyak 19% subjek dengan tingkat kecukupan vitamin A kurang memiliki morbiditas tinggi. Sebaliknya, tidak ditemukan hubungan signifikan antara asupan vitamin C dan zink dengan serum retinol (p>0,05). Sebagian besar subjek dengan tingkat kecukupan vitamin C dan zinc normal
dan defisit memiliki serum retinol normal.
Tabel 3: Menunjukkan bahwa terdapat hubungan suplementasi vitamin A dengan morbiditas (p<0,05). Sebanyak 83,8% subjek tidak lengkap mendapatkan suplementasi vitamin A memiliki morbiditas tinggi. Tidak terdapat hubungan antara asupan energi, protein, dan lemak dengan morbiditas anak. Tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak pada sebagian besar subjek tergolong normal dan memiliki morbiditas rendah. Selain itu, diketahui juga adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, dan zink dengan morbiditas (p<0,05). Sebagian besar tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, dan zink subjek tergolong kurang dan memiliki morbiditas tinggi. Lebih lanjut, hasil analisis menunjukkan adanya hubungan serum retinol dengan morbiditas (p<0,05). Sebagian besar subjek dengan serum retinol rendah memiliki
morbiditas tinggi.
CONCLUSION
Suplementasi vitamin A subjek relatif tidak lengkap (48,6%). Tingkat kecukupan energi dan protein subjek sebagian besar tergolong defisit sementara tingkat kecukupan lemak, vitamin A , vitamin C, dan zink tergolong kurang. Serum retinol subjek relatif normal (87,9%) dan morbiditas relatif tinggi (57,1%). Variabel yang memiliki pengaruh terhadap serum retinol adalah suplementasi vitamin A, tingkat kecukupan lemak, dan tingkat kecukupan vitamin A. Anak yang tidak mengambil kapsul vitamin A serta asupan vitamin A, vitamin C, zink, dan retinol serum yang rendah memiliki morbiditas yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Elvandari, M., Briawan, D., & Tanziha, I. (2017). Suplementasi vitamin A dan asupan zat gizi dengan serum retinol dan, 13(4), 179–187.

Posting Komentar

0 Komentar