MAKALAH PENYAKIT POLIO - Definisi Jenis dan Pencegahan


Makalan Surveilens Penyakit Menular
Penyakit Polio
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Permasalahan kesehatan tahun 2012 khususnya terdapat pada bidang imunisasi dasar lengkap yang termasuk didalam penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) harus mendapat perhatian lebih oleh banyak pihak. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Imunisasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk menimbulkan ataupun meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap paparan penyakit. Prevalensi kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi terkadang menunjukan peningkatan maupun penurunan, tergantung jenis penyakit menular.
Poliomyelitis adalah penyakit menular, disebabkan oleh infeksi virus polio, terutama menyerang pada anak-anak, dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Virus polio telah menyebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tahun 1998 WHO mencanangkan dunia bebas polio pada tahun 2000, akan tetapi sampai saat ini secara global dunia belum bisa bebas polio karena banyak Negara yang masih mempunyai kasu poliomyelitis seperti India, Pakistan, Afganistan, Nigeria dll. Negara-negara di wilayah Amerika, Eropa dan Asia Pasifik telah dinyatakan bebas polio oleh WHO, sedangkan wilayah Asia Tenggara dan Afrika masih belum bebas.
Pencegahan dan pemberantasan virus polio sebenarnya sangat mudah karena sudah ada vaksin yang sangat bagus dan efektif yaitu vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio inaktif (IPV), dan hanya manusia satu-satunya reservoir untuk penyebaran virus polio. Penyebaran virus polio melalui fecal-oral. Anak yang infeksi virus mengekresi virus polio melalui feces selama 14 hari, tetapi dapat juga ditemukan sampai 30 hari meskipun kemungkinannya sangat kecil. OPV biasa digunakan di Negara berkebang karena harganya yang terjangkau dan mudah pemberiannya, sedangkan IPV biasa digunakan di Negara maju karena efektivitasnya tinggi, tidak menimbulkan masalah kelumpuhan pada penerima vaksin.
Dari uraian diatas, yang melatarbelakangi yaitu untuk mengetahui tentang riwayat penyakit alamiah, rantai penularan penyakit, jenis-jenis polio dan cara penanggulangan dan pencegahan penyakit polio.
B.      Rumusan Masalah
1.      Jelskan defenisi Penyakit Polio
2.      Jelaskan Jenis-jenis Polio
3.      Jelaskan Riwayat Alamiah Penyakit Polio
4.      Jelaskan Rantai penularan Penyakit Polio
5.      Jelaskan Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit Polio
  C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui defenisi penyakit polio
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis polio
3.      Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit polio
4.      Untuk mengetahui rantai penularan penyakit polio
5.      Untuk mengetahui upaya pencegahan dan pengobatan penyakit polio
BAB II
PEMBAHASAN 
  1.      Defenisi Polio
Polio merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf sehingga penderita menderita kelumpuhan. Virus yang pada umumnya menyerang anak umur 0-3 tahun ini di tandai dengan munculnya demam, sakit kepala, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio dan ditindak lanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus acute flaccid paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu guna mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat. AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan akhirnya dapat mengakibatkan kelumpuhan.
2.      Jenis-jenis Polio
a.       Polio Paralitik
Denervasi jaringan otot skelet sekunder oleh infeksi poliovirus dapat menimbulkan kelumpuhan.Tanda-tanda awal polio paralitik ialah panas tinggi, sakit kepala, kelemahan pada punggung dan leher, kelemahan asimetris pada berbagai otot, peka dengan sentuhan, susah menelan, nyeri otot, hilangnya refleks superfisial dan dalam, parestesia, iritabilitas, konstipasi, atau suka buang air kecil. Kelumpuhan umumnya berkembang 1- 10 hari setelah gejala awal mulai timbul Prosesnya berlangsung selama 2- 3 hari, dan biasanya komplit seiring dengan turunnya panas.
b.      Polio spinal
Polio spinal adalah tipe poliomielitis paralisis yang paling sering akibat invasi virus pada motor neuron di kornu anterior medula spinalis yang bertanggung jawab pada pergerakan otot-otot, termasuk otot-otot interkostal, trunkus, dan tungkai. Kelumpuhan maksimal terjadi cukup cepat (2-4 hari), dan biasanya timbul demam serta nyeri otot. Virus dapat merusak otot-otot pada kedua sisi tubuh, tetapi kelumpuhannya paling sering asimetris.Kelumpuhan seringkali lebih berat di daerah proksimal dari pada distal.
c.       Polio Bulbar
Terjadi kira-kira 2% dari kasus polio paralitik. Polio bulbar terjadi ketika poliovirus menginvasi dan merusak saraf-saraf di daerah bulbar batang otak. Destruksi saraf-saraf ini melemahkan otot-otot yang dipersarafi nervus kranialis, menimbulkan gejala ensefalitis, dan menyebabkan susah bernafas, berbicara, dan menelan. Akibat gangguan menelan, sekresi mukus pada saluran napas meningkat, yang dapat menyebabkan kematian. Polio bulbospinal Kira-kira 19% dari semua kasus polio paralitik yang memberikan gejala bulbar dan spinal; subtipe ini dikenal dengan polio respiratori atau polio bulbospinal. Poliovirus menyerang nervus frenikus, yang mengontrol diafragma untuk mengembangkan paru-paru dan mengontrol otot-otot yang dibutuhkan untuk menelan.
  3.      Riwayat Alamiah Penyakit Polio
1.      Masa Inkubasi & Priode Klinis
Masa inkubasi & periode klinis Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar manusia melalui rute oral-fekal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan higine sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan oral-fekal. Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi.
2.      Masa Laten & periode infeksi
Pada akhir inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat poten untuk menularkan penyakit. Setelah terpakjan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret tenggorokan 36 jam kemudia dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu. Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain yang bisa muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam ringan, lemas, dan nyeri kepala ringan. Gejala klinis yang mengarahkan pada kecurigaan serangan virus polio adalah adanya demam dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris, dan dapat menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan muntah. Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam.
 Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh, sehingga sering dihubungkan dengan lumpuh layuh akut (AFP, acute flaccid paralysis), biasanya menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan. Otot bisa mengecil, reflex fisiologi dan reflex patologis negative.
  4.      Rantai Penularan penyakit Polio
Virus polio masuk kedalam tubuh melalui mulut, menginfeksi sel yang pertama ditemuinya, yaitu di faring dan mukosa saluran cerna. Virus ini masuk dan berikatan dengan immunoglobulin-like receptor, yang dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada membran sel.10 Di dalam sel-sel saluran cerna, virus ini  bertahan selama sekitar 1 minggu, kemudian menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna dan kelenjar limfa mesenterik dan servikal dimana virus ini berkembang biak. Selanjutnya, virus ini masuk ke dalam aliran darah. Poliovirus dapat bertahan dan berkembang biak dalam darah dan kelenjar limfa untuk waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu.
5.      Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Polio
a.       Pencegahan
Pencegahan polio ialah dengan cara ERADIKASI POLIO. Sebenarnya upaya eradikasi polio sudah berjalan sejak 1988-kurang lebih 17 tahun lalu. Saat itu, semua pihak optimistis bisa memenuhi target eradikasi tahun 2005, bercermin dari keberhasilan dunia membebaskan diri dari penyakit cacar. Dalam situs WHO disebutkan, lebih dari 200 negara ikut berpartisipasi dan melibatkan 200 juta sukarelawan dengan total investasi 3 miliar dollar AS. Sejak diluncurkannya upaya eradikasi global itu, kasus polio turun drastis di seluruh dunia. Kalau tahun 1988 masih terdapat 350.000 kasus polio, akhir tahun 2003 cuma ditemukan 700 kasus. Selain itu pencegahan nya dilakukan dengan imunisasi polio.
Ada 2 bentuk vaksin yang dikenal dan digunakan dalam upaya pemberantasan polio, yaitu, (i) vaksin dari virus yang dilemahkan dan diberikan secara oral (oral poliovaccine = OPV), dan (ii) vaksin yang berasal dari virus yang dinonaktifkan dengan formalin dandiberikan secara suntikan (injectable poliovaccine = IPV). Pada umumnya banyak Negara menggantungkan upaya pemberantasan polio pada vaksin oral (OPV) seperti yang direkomendasikan oleh WHO. Pada tahun 1977, hanya 5% dari seluruh anak-anak di dunia yang telah menerima 3 dosis OPV yang dipersyaratkan, tetapi pada tahun 1995 persentasi ini meningkat menjadi 80% dan sejak tahun 1995 itu OPV telah berhasil mencegah sedikitnya 400.000 kasus poliomielitis paralitik setiap tahunnya. Karena OPV mengandung virus hidup maka akan berkembang biak, menyebabkan infeksi dan menimbulkan kekebalan.
Vaksinasi ulangan (booster) penting sekali untuk mendapatkan kekebalan permanen. Vaksin menginduksi pembentukan imunoglobulin M (IgM) dan IgG di dalam darah, dan juga sekresi antibodi IgA di intestine yang menyebabkan tubuh menjadi resisten terhadap reinfeksi polio. OPV trivalent umumnya digunakan di Amerika di mana imunisasi primer dimulai pada usia 2 bulan, diberikan secara bersamaan dengan vaksinasi pertama dari difteri-pertusis-tetanus (DPT). Dosis atau vaksinasi kedua dan ketiga diberikan dalam interval 2 bulan sesudahnya dan dosis keempat diberikan pada usia 18 bulan. Dosis multipel ini dianjurkan untuk memperoleh kekebalan maksimal terhadap ketiga serotipe poliovirus tersebut. Booster vaksin trivalen direkomendasikan untuk diberikan pada semua anak-anak ketika memasuki sekolah dasar.
b.      Pengobatan
Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Perlu diberikan pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans A I P.
A.      Rehabilitasi Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif. ·
B.      Prognosis Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian vaksin juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah diberi vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini.
BAB III
PENUTUP
  1.      Kesimpulan
a.      Polio merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf sehingga penderita menderita kelumpuhan.
b.      Jenis-jenis polio ada 3 jenis yaitu polio Polio Paralitik, Polio spinal, Polio Bulbar.
c.       Riwayat Alamiah Penyakit Polio
Masa inkubasi & periode klinis Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar manusia melalui rute oro-fekal.
Pada akhir inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat poten untuk menularkan penyakit. Setelah terpakjan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret tenggorokan 36 jam kemudia dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu. Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang.
d.      Rantai Penularan penyakit Polio Virus polio masuk kedalam tubuh melalui mulut, menginfeksi sel yang pertama ditemuinya, yaitu di faring dan mukosa saluran cerna. Virus ini masuk dan berikatan dengan immunoglobulin-like receptor, yang dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada membran sel.10 Di dalam sel-sel saluran cerna, virus ini  bertahan selama sekitar 1 minggu, kemudian menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna dan kelenjar limfa mesenterik dan servikal dimana virus ini berkembang biak. Selanjutnya, virus ini masuk ke dalam aliran darah. Poliovirus dapat bertahan dan berkembang biak dalam darah dan kelenjar limfa untuk waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu.
Pencegahan dan penangulangan polio Ada 2 bentuk vaksin yang dikenal dan digunakan dalam upaya pemberantasan polio, yaitu, (i) vaksin dari virus yang dilemahkan dan diberikan secara oral (oral poliovaccine = OPV), dan (ii) vaksin yang berasal dari virus yang dinonaktifkan dengan formalin dandiberikan secara suntikan (injectable poliovaccine = IPV). Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Perlu diberikan pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans A I P.
2.      Saran
Saran yang bisa di berikan yaitu lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kesehatan mereka serta meningkatkna kemauan kesadaran pemerintah mengatasi masalah kesehatan lebih sungguh-sungguh lagi.
Daftar Pustaka
Dianti, 2016, Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Yang Mempunyai Anak Balita Usia 0-59 Bulan Terhadap Pelaksanaan Pin Polio Di Rt.009 Rw.012 Kelurahan Koja Jakarta Utara Tahun 2016”, Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Vol 2, ISSN 2442-501.

Gendrowahyuhono Dkk, 2010, “Eradikasi Polio Dan Ipv (Inactivated Polio Vaccine)”, Media Litbang Kesehatan, Vol 20, hlm 149-150.

Hartono, 2016,” Eradiksi dan babak Akhir Polio:Peran Tenaga Kesehatan Indonesia”, Eradikasi Dan Babak Akhir Polio, Vol. 4.

Lely, 2015, “Rehabilitasi Medik Pada Poliom”, Jurnal Biomedik (JBM), Vol 7, hlm 117-122.

Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya, Jakarta, Penerbit Erlangga

Posting Komentar

0 Komentar