Epidemiologi Penyakit Menular
New Emergieng Disease (Ebola)
Kelompok 4
Nurfadillah N
201 16 046
Siti mas intan N 201 16 021
Irnawati kusbin N 201 16 026
Putri yulianingsi N 201 16 191
Delviana monica N 201 16 131
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................
i
KATA PENGANTAR.................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang......................................................................
1
B.
Rumusan masalah
................................................................ 1
C.
Tujuan
...................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi
..................................................................................
3
B.
Epidemiologi Penyakit Berdasarkan Orang,
Tempat Dan Waktu .............................................................
4
C.
Riwayat Alamiah..................................................................
5
D.
Rantai Penularan .................................................................
6
E.
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi(PD31)......
9
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
New Emerging Disease termaksud wabah penyakit
menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang
insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap tahunnya, yaitu
evolusi dari microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter), perubahan iklim dan lingkungan, perubahan
perilaku perilaku manusia seperti penggunaan pepsida, penggunaan obat
antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunaan penggunaan
vaksin.
Perkembangan industri dan ekonomi, perpindahan
penduduk secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel
disease), dan perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata
biologis juga dapat mempengaruhi kemunculan dari kasus-kasus tersebut. Oleh
karena iu dibutuhkan penanganan dan pemantauan di bidang kesehatan masyarakat
sangat dibutuhkan sebagai deteksi dini dan penatalaksanaan penyakit emerging.
Di tengah munculnya New emergieng disease Ebola penyakit infeksi tetap menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia. Penyakit infeksi masih
menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian. Khususnya pada anak-anak,
insidens penyakit infeksi meningkat pada usia 1-5 tahun. Di indonesia sendiri,
berdasarkan data SUSENAS tahun 2005, 28% kematian anak masih disebabkan oleh
ISPA yakni infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Data SKRT 2001 juga
menyebutkan bahwa 23% penyebab kematian balita indonesia disebabkan oleh ISPA
yakni penyakit infeksi pneumokokus.
B. Rumusan
Masalah
Terkait dengan latar belakang di atas maka
dirumuskan beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain belum
diketahuinya gambaran kejadian pneumonia pada balita 10-59 bulan yang dirawat
inap di RSUP persahabatan serta berhubungan dengan faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian`
1. Bagaimana gambaran kejadian New-Emerging
disease (Ebola).
2. Bagaimana New-emerging disease (Ebola)
berdasarkan orang, tempat dan waktu.
3. Bagaimana riwayat alamiah penyakit.
4. Bagaimana rantai penularan.
5. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31).
C.
Tujuan
Mengetahui
gambaran kejadian New-Emerging disease (Ebola). Dapat mengetahui beberapa
faktor-faktor kejadian New-Emerging disease (Ebola).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Ebola adalah sejenis virus ddari genus
ebolavirus, familia filoviridas, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan
oleh virus tersebut. Penyakit ebola sangat mematikan. Gejala-gejalanya antara
lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat
kematian berkisar antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungi ebola
di kongo. Penyakit ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan
tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari umumnya antara 5sampai
10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk ebola yang 100% efektif dalam
monyet namun vaksin untuk manusia mulai terjangkit virus ini sampai menemui
ajalnya sekitar 1 minggu karena saking ganasnya virus ini.
Virus ini masih berada di daratan afrika dan
kabarnya juga telah sampai ke filipiina, suatu ketika negeri eropa melakukan
pengimporan kera dari kongo, ketika mengetahui virus ini akhirnya seluruh kera
ini dimusnahkan agar tidak menyebar kemana-mana dan sampai saat ini belum di
temukan vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Transmisi anar manusia
terjadi akibat kontak langsung dengan cairan tubuh yang berasal dari diare,
muntah dan pendarahan, kulit atau membran mukosa, periode inkubasi virus
berlangsung selama 2 sampai 21 hari. Kejadian epidemik ebola banyak terjadi
pada rumah sakit yang tidak menerapkaan higiene yang ketat infektivita virus
ebola cukup stabil pada suhu kamar(20
) tetapi hancur dalm 20 menit pada 60 derajat infeksitas juga
dihancurkan oleh dan iradiasi ultraviolet,pelarut lemak, dan dsinfektan
fenolik.

Ebola merupakan salah satu kasus emerging zoonosis yang paling
menyita perhatian publik karena kemunculannya yang sering dan memiliki angka
mortalitas yang tinggi pada manusia. Penyebaran virus ebola dalam skala global
masih terbatas. Hal ini berkaitan dengan transmisinya yang tidak melalui udara
dan juga jarak waktu yang diperlukan virus ebola untuk menginfeksinya satu
individu ke individu lainnya.
B.
Epidemiologi Penyakit Berdasarkan Orang,
Tempat Dan Waktu
Virus Ebola masuk ke dalam tubuh manusia
melalui kontak langsung dari darah, sekret tubuh, organ atau cairan tubuh
lainnya dari individu yang terinfeksi. Di Afrika, pada upacara kremasi dari
penderita yang terinfeksi virus Ebola yang kemudian terkontak dengan individu
yang sehat bisa menyebabkan terjadinya penularan virus ini. Transmisi virus
dari hewan ke manusia juga dapat terjadi saat manusia berkontak dengan jaringan
dan cairan tubuh dari hewan yang terinfeksi. Proteksi terhadap tenaga kesehatan
yang menangani penderita Ebola juga sangat penting. Walaupun virus Ebola tidak
ditularkan melalui udara, penularan lewat droplet bisa terjadi di laboratorium.
C.
Riwayat Alamiah
Patogenesis Efek
akhir dari infeksi virus Ebola ialah syok yang disebabkan oleh beberapa proses
yang memengaruhi satu sama lainnya, yaitu: replikasi virus sistemik, supresi
sistem imun, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan koagulopati (Gambar
1). Infeksi pada sel target utama seperti monosit/makrofag dan sel dendritik
menghasilkan penyebaran sistemik dari virus dan aktivasi diferensiasi sel.
Monosit/makrofag yang teraktivasi akan menghasilkan sitokin proinflamasi dan
tissue factors, sedangkan aktivasi sel dendritik yang terganggu menyebabkan
rendahnya perlindungan respon imun. Meskipun virus tidak menginvasi limfosit
dan sel natural killer (NK), apostosis ekstensif dari sel-sel sekitarnya dapat
terjadi. Sel endotelial kemudian diaktivasi oleh sitokin proinflamasi dan
partikel virus yang menyebabkan permeabilitas meningkat. Tissue factors yang
dihasilkan oleh monosit/makrofag menginduksi koagulopati dan juga dapat
meningkatkan inflamasi.5 Gejala dan tanda klinis Onset penyakit ini setelah
terjadi inkubasi ialah 2-21 hari. Gejala klinis dapat dibagi dalam 4 fase,
yaitu:
1. Fase A: Influenza like syndrome. Terjadi
gejala atau tanda nonspesifik seperti panas tinggi, sakit kepala, artralgia,
mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan malaise.
2. Fase B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi
demam persisten yang tidak berespon terhadap obat anti malaria atau antibiotik,
sakit kepala, lemah badan yang terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri
perut, anoreksia, dan muntah.
3. Fase C: Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama
periode ini penderita merasa sehat dengan konsumsi makanan yang baik. Sebagian
penderita dapat sembuh dalam periode ini dan selamat dari penyakit.
4. Fase D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada
beberapa kasus terjadi penurunan kondisi kesehatan yang drastis diikuti oleh
gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan hemostasis berupa perdarahan pada
kulit (petekia) serta gangguan neuropsikiatrik seperti delirium, koma, gangguan
kardiovaskular, dan syok hipovolemik.

Gambar 1.
Patogenesis infeksi virus Ebola. Hasil akhir infeksi virus Ebola berat ialah
syok yang disebabkan oleh beberapa proses yang saling memengaruhi: replikasi
virus sistemik, supresi sistem imun, peningkatan permeabilitas vaskular, dan
koagulopati. Infeksi primer dari sel target seperti monosit/makrofag dan sel
dendritik menghasilkan penyebaran sistemik dari virus dan aktivasi diferensiasi
sel. Monosit/makrofag diaktifkan untuk memroduksi sitokin proinflamasi dan
tissue factors, sedangkan sel dendritik teraktivasi yang rusak memperburuk
respon imun protektif. Meskipun virus tidak menginfeksi limfosit dan sel
natural killer (NK), apoptosis terjadi pada semua tipe sel. Sel endotel
kemudian diaktivasi oleh sitokin proinflamasi dan partikel virus yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas. Pelepasan tissue factors dalam
monosit/makrofag merangsang koagulopati, yang juga mengakibatkan peningkatan
inflamasi
D. Rantai
Penularan
Ada
beberapa cara penularan virus ebola, sebagai berikut:
a. Melalui kontak langsung dengan darah
b. Melalui cairan tubuh atau keringat
c. Melalui jaringan yang terinfeksi
d. Melalui sperma
e. Melalui air liur, dll
Penularan virus
ebola terjadi karena kontak dengan penderita dan hewan mati yang terjangkit
virus ebola, seperti monyet, gorila, kelelawar dan lain-lain. Virus ebola dapat
ditularkan melalui keringat, terutama jika kulit terluka. Selain itu virus
ebola juga dapat menular ke manusia saat menanganai mayat pasien ebola.
Untuk laki-laki
yang telah sembuh dari penyakit ebola masih bisa menularkan virus melalui
sperma sampai tujuh minggu setelah sembuh dari sakit. Untuk petugas kesehatan
sering terinfeksi saat merawat pasien penderita ebola. Hal ini dapat terjadi
jika kontak langsung sangat dekat ketika melakukan perawatan kepada pasien
ebola
E.
Upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi(PD31)
Penyebab penyakit ebola adalah karena
terkontaminasi oleh hewan yang terinfeksi hewan virus ebola dan penyebarannya
melalui kontak langsung dengan penderita. Untuk menghindari hal tersebut,
berikut langkah-langkah pencegahan virus ebola:
a. Mencari tahu mengenai virus ebola secara dini
b.
Ketika anggota keluarga atau orang disekitar
telah diduga terinfeksi virus ebola sebaiknya segera dibawa kerumah sakit untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.
c. Usahakan untuk tidak melakukan kontak langsung
dengan penderita ebola.
d. Menggunakan pelindung secara maksimal saat
berada disekitar orang-orang yang terkena virus ebola
e. Memasak daging hingga benar-benar matang
sebelum dikonsumsi
f.
Selalu
mencuci tangan dengan bersih,terutama setelah melakukan kontak langsung dengan
penderita.
g. Tidak berkunjung di negara atau tempat yang
beresiko menularkan ebola.
Sampai saat ini
belum ada vaksin yang tersedia untuk penggunaan klinis. Ebola memerlukan lebih
intensif karena pasien ebola sering dehidrasi. Tidak ada pengobatan khusus yang
tersedia untuk saat ini, sebagai terapi obat baru masih dievaluasi dan
membutuhkan cairan melalui pembuluh darah. Oleh karena itu, saat ini
orang-orang yang terinfeksi ebola tidak lama bertahan, karena terapi untuk
virus ebola belum tersedia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ebola adalah
sejenis virus ddari genus ebolavirus, familia filoviridas, dan juga nama dari
penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit ebola sangat mematikan.
Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan
luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar antara 50% sampai 90%.
2.
Gejala klinis
dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu:
a. Fase A: Influenza like syndrome. Terjadi
gejala atau tanda nonspesifik seperti panas tinggi, sakit kepala, artralgia,
mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan malaise.
b. Fase B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi
demam persisten yang tidak berespon terhadap obat anti malaria atau antibiotik,
sakit kepala, lemah badan yang terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri
perut, anoreksia, dan muntah.
c. Fase C: Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama
periode ini penderita merasa sehat dengan konsumsi makanan yang baik. Sebagian
penderita dapat sembuh dalam periode ini dan selamat dari penyakit.
d. Fase D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada
beberapa kasus terjadi penurunan kondisi kesehatan yang drastis diikuti oleh
gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan hemostasis berupa perdarahan pada
kulit (petekia) serta gangguan neuropsikiatrik seperti delirium, koma, gangguan
kardiovaskular, dan syok hipovolemik.
DAFTAR PUSTAKA
Jahrling PB, et al. Preliminary report. Isolation of Ebola
virus from monfilovirus keys imported to USA.Lancet,1990;335:502-505,
Murphy FA, Kiley MP, Fisher-HochS. Filoviridae. Marburg and
Ebola Viruses. In: Fields BN, Knipe DM, et.al., ed. Virology,second edition.
NewYork;RavenPress, 1990
Annisa Riskianty, 2009.faktor-faktor yang mempengaruhi ebola,
universitas indonesia.
0 Komentar