Tugas Resume
Epidemologi
Penyakit Tidak Menular
Pertemuan ke-5 :
Tahapan
pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
1. Pencegahan primer
Upaya pencegahan
yg dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pd periode pre patogenesis)
dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit. Tujuan: mengurangi insiden
penyakit dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor risikonya. Terdiri dari Health promotion dan Specific
protection.
Dilakukan melalui 2 strategi: populasi dan
individu
a.
Health Promotion
a)
Pendidikan
kesehatan, penyuluhan
b)
Gizi yang cukup
sesuai dengan perkembangan
c)
Penyediaan
perumahan yg sehat
d)
Konseling
perkawinan
e)
Genetika
f)
Pemeriksaan
kesehatan berkala
b.
Spesific Protection
a)
Penggunaan
gizi tertentu
b)
Perlindungan
terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker
c)
Menghindari
zat-zat alergenik
2. Pencegahan sekunder
Upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun
belum timbul tanda/gejala sakit (patogenesis
awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut.
Tujuannya untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
komplikasi. Bentuknya
berupa deteksi dini dan pemberian pengobatan (yang
tepat).
Fase penyakit → Tahap
dini Penyakit
Target → Pasien
Tahap pencegahan
sekunder
Diagnosis dini dan pengobatan segera
a. Penemuan kasus (individu atau masal)
b. Skrining
c. Pemeriksaan khusus dengan tujuan
d. Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut
e. Mencegah penyebaran penyakit menular
f. Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan
g. Memperpendek masa
ketidakmampuan
h. Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit
i. mencegah komplikasi dan sekuele yg lebih parah
j. Penyediaan fasilitas khusus untuk membatasi ketidakmampuan dan mencegah kematian
3. Pencegahan tersier
Pencegahan
tersier adalah Pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir
periode patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah cacat dan mengembalikan
penderita ke status sehat. Upaya pencegahan tersier bagi masyarakat mencakup ketersediaan fasilitas,
layanan, dan tenaga medis kedaruratan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang di dalamnya upaya pencegahan primer dan sekunder sudah
tidak ampuh.
Tujuannya
untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu
penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak
dapat diobati lagi. Contohnya mencakup
rehabilitasi, layanan ambulan rumah sakit, dokter dan dokter bedah, perawat, dan tenaga professional kesehatan
yang lain.
4. Strategi dalam penanggulangan penyakit dan
promosi kesehatan PTM
a. Strategi :
1) Advokasi
2) Social Support
3) Pemberdayaan
Masyarakat
4) Kemitraan
b. Promosi kesehatan PTM
Peran Promosi Kesehatan dalam PTM
cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait faktor risiko bersama penyebab Penyakit
Tidak Menular. Dalam Renstra tahun 2010-2014 diharapkan seluruh rumah tangga
Indonesia menerapkan PHBS sebesar 70%.
c. Strategi pokok promkes, yaitu :
1) Mengembangkan kebijaksanaan masyarakat yang
berwawasan kesehatan (build healthy
public policy),
2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environment),
3) Memperkuat gerakan masyarakat (strengthen community action),
4) Mengembangkan kemampuan perorangan (develop personal skills),
5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (re-orient health services)
Referensi:
Pertemuan ke-6 :
Stepwise
untuk penanggulangan PTM
1. Unsur-unsur surveilans PTM
a. Kegiatan pengamatan, Pengamatan terhadap
penyakit dan masalah kesehatan serta factor determinannya.
b. Sistematis, Proses pengumpulan pengolahan dan
analisis dan analisis data serta penyebar luasan informasi epidemiologi.
c. Terus menerus menunjukan kegiatan surveilans
di lakukan setiap saat sehingga informasi epidemiologis tersedia secara terus
menerus.
2. Sumber data PTM
Sumber
data adalah seluruh fasilitas kesehatan yang mempunyai data PTM, yaitu:
a. Survei berkala seperti
1)
Riset Kesehatan
dasar (Riskesdas),
2)
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI),
3)
Survei Sosial Ekonomi nasional
(Susenas),
4)
Survei Kesehatan Daerah
(Surkesda)
b.
Pencatatan faktor risiko di pos
pembinaan Terpadu (posbindu) PTM
c.
Pencacatan faktor risiko PTM di
puskesmas
d.
Pencatatan factor risiko PTM rumah
sakit
e.
Laboratorium
Sumberdata juga bisa berasal dari
a. Survei, antara lain Riskesdas, SDKI, SKRT,
Susenas dsb.
b. Hasil wawancara dan pengukuran FR PTM di
masyarakat melalui deteksi dini.
c. Hasil wawancara dan pengukuran FR PTM di
Puskesmas.
3. Tujuan dan manfaat stepwise untuk
penanggulangan PTM
a. Tujuan
1) Mengumpulkan
informasi terhadap faktor risiko penyakit kronis penyakit tidak menular untuk
pembuat kebijakan dan perencanaan intervensi.
2) Terkumpulnya data
faktor risiko yang sesuai standar dapat disesuaikan dengan standar
masing-masing negara.
3) Menyediakan sistem
surveilans penyakit kronis untuk negara dengan pendapatan rendah – menengah.
4) Membangun kapasitas
masing-masing negara untuk monitoring faktor risiko penyakit tidak menular.
5) Mengintegrasi
pendekatan dengan biaya rendah
b. Manfaat surveilans PTM
1) Mengenali kasus tertutup atau pada kelompok
(klaster) tertentu.
2) Menilai dampak program kesehatan masyarakat
dan menilai pola permasalahan kesehatan masyarakat (tren)
3) Mengukur faktor-faktor resiko/ penyebab
penyakit. memantau efektivitas dan mengevaluasi dampak program pencegahan serta
mengontrol pengukuran, strategi intervensi dan perubahan kebijakan kesehatan
4) Membuat perencanaan dan menyediakan
pengobatan/ perawatan
5) Mengestimasi besaran masalah dalam
epidemiologi dan memonitoring pola penyakit dengan cara: menguatkan komitmen,
memobilitasi komunitas/masyarakat dan melakukan advokasi untuk mencukupi sumber
daya manusia dan sumber dana lainnya
4. Pendekatan Stepwise untuk surveilens faktor
risiko
Pengertian
Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko
PTM agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Faktor risiko dimaksud
adalah hal-hal yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya
penyakit tidak menular.
5. Pendekatan STEPwise untuk surveilans stroke
Langkah
mengidentifikasi kelompok stroke:
a. Informasi tentang
pasien stroke dirawat difasilitas kesehatan.
b. Identifikasi kejadian stroke fatal yang berbasis masyarakat.
c. Memperkirakan
kejadian stroke on-fatal berbasis masyarakat
Referensi:
Pertemuan
ke-7 :
1. Epidemiologi Penyakit Hipertensi
Hipertensi
atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent
Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai pengan
gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal
bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya
hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan
volume aliran darah.
Penyakit
hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya
tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi mengalami
penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit jantung.
Dari
definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah
suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih.
2. Faktor Risiko Hipertensi
a. Jenis kelamin. Hpertensi lebih banyak terjadi
pada pria usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah usia
55 tahun.
b. Umur. Semakin tua umur seseorang, semakin
tinggi tekanan darahnya.
c. Keturunan (genetik). Seseorang memiliki risiko
lebih besar terkena hipertensi jika orang tuanya merupakan penderita
hipertensi.
d. Obesitas atau kegemukan. Seseorang yang
kegemukan mempunyai risiko 5 kali lebih besar terkena hipertensi daripada orang
yang berat badannya normal.
e. Kurang olahraga. Orang yang kurang aktivitas
mempunyai detak jantung lebih keras dan otot jantung bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi ini mengakibatkan tekanan darah meningkat.
f. Kebiasaan merokok. Merokok bias meningkatkan
tekanan darah menjadi tinggi. Selain itu, akan meningkatkan risiko diabetes,
serangan jantung, dan stroke. Lebih berbahaya lagi jika pada saat hipertensi
dan tetap merokok maka akan memicu komplikasi penyakit-penyakit lain yang
berhubungan dengan jantung dan darah.
g. Mengkonsumsi garam berlebih. Garam dapat
meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada penderita diabetes, hipertensi,
orang dengan usia tua dan orang berkulit hitam.
h. Kolestrol. Kandungan lemak yang berlebih dalam
darah menyebabkan timbunan kolestrol pada dinding pembuluh darah, sehingga
pembuluh darah menyempit, pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah
menjadi tinggi.
i. Minum alkohol. Alkohol dapat merusak jantung
dan juga pembuluh darah ini akan mengakibatkan tekanan darah meningkat atau
tinggi.
j. Konsumsi kafein. Kandungan kafein dalam kopi
terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap secangkir kopi mengandung 75-200 mg
kafein yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
k. Stress. Faktor stress dan kondisi emosi yang
tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi. Stress memicu peningkatan
aktivitas syaraf simpatis, sehingga meningkatkan tekanan darah.
3. Pencegahan dan penanggulangan penyakit
Hipertensi
Cara
pencegahan hipertensi yang
pertama adalah dengan konsumsi buah tomat. Tomat mengandung gamma-amino butyric acid (GABA), yang bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah sehingga dapat mencegah hipertensi. Selain tomat konsumsi juga
brokoli yang memiliki manfaat sama dengan tomat.
Tips
cara mencegah hipertensi lainnya adalah dengan konsumsi seledri. Seledri sudah
lama digunakan pakar pengobatan oriental untuk mencegah penyakit hipertensi.
Konsumsilah seledri sedikitnya 4 pucuk seledri setiap hari untuk menjaga
tekanan darah. Boleh juga dibuat jus agar mudah diminum. Cara pencegahan
hipertensi lainnya adalah dengan konsumsi Yogurt. Dibandingkan susu rendah
lemak, yogurt mengandung 50% lebih banyak kalsium dan potasium yang dapat
menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Dengan mengonsumsi kedua
mineral ini dan menjaga asupan garam, mampu menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastoliknya. Bagi anda yang bertekanan darah normal pun dapat
memanfaatkannya, karena semakin mendekati angka tekanan darah yang sehat,
jantung akan semakin sehat. Jika tak suka yogurt, cobalah mencampurkannya ke
dalam makanan kesukaan Anda.
Cara
pencegahan hipertensi lainnya adalah dengan menghindari kebiasaan buruk
merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terkena hipertensi, perokok berat
akan menurunkan elastisitas pembuluh darah yang pada akirnya akan menyebabkan
hipertensi. Apabila anda salah satu perokok berat, mulailah kurangi intensitas
merokok anda dari sekarang. Selain rokok cara lainnya adalah dengan mengatur
stress anda, baik stress yang diakibatkan oleh banyaknya pekerjaan ataupun
lainnya, semakin tinggi stress yang kita alami semakin meningkatkan resiko terkena
hipertensi. Jadi mulailah atur stress anda. Selain itu hindari juga berat badan
berlebih atau Obesitas. Orang yang menderita obesitas akan mudah sekali
terserang berbagai berbagai macam penyakit salah atunya adalah penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan oleh orang gemuk
seluruh organ akan bekerja extra keras, jantung akan bekerja extra keras untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh, hal ini akan mengakibatkan terjadinya
hipertensi.
Selain
itu anda juga bisa melakukan pencegahan sekaligus juga pengobatan hipertensi
dengan konsumsi ekstrak teripang, hasil penelitian para ahli ektrak teripang
laut jenis gamat emas sangat baik dalam menurunkan tekanan darah tinggi secara
alami dan tanpa efek samping.
Cara mencegah penyakit Hipertensi :
a.
Menjaga berat
badan ideal. Berat badan
berlebih bisa membuat seseorang lebih berisiko terserang hipertensi.
b.
Berolahraga
secara rutin. Seseorang yang
aktif berolahraga akan lebih terhindar dari risiko terserang hipertensi.
Lakukan jalan cepat atau bersepeda 2-3 jam setiap minggu.
c.
Konsumsi
makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti dari biji-bijian utuh, beras
merah, serta buah dan sayuran.
d.
Kurangi
garam. Batasi dalam
makanan, tidak lebih dari satu sendok teh.
e.
Kurangi
konsumsi alkohol. Mengonsumsi
lebih dari takaran alkohol yang disarankan, bisa meningkatkan risiko
hipertensi.
f. Berhenti merokok. Meski rokok
tidak menyebabkan hipertensi secara langsung, tetapi rokok bisa membuat arteri
menyempit, sehingga meningkatkan risiko serangan
jantung dan stroke.
g.
Konsumsi
kafein sesuai yang dianjurkan.
Meminum lebih dari empat cangkir kopi sehari bisa meningkatkan risiko
hipertensi.
Referensi:
http://life-herbals-store.blogspot.com/p/pencegahan-dan-penanggulangan-hipertensi.html https://www.alodokter.com/hipertensi/pencegahan
Pertemuan ke-8 :
Epidemiologi
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jatung Koroner (PJK)
adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan
pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Jantung diberi oksigen
dalam darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah
jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien.
1. Klasifikasi PJK
Menurut Huon Gray (2002:113) penyakit
jantung koroner diklasifikasikan menjadi 3, yaitu Silent Ischaemia (Asimtotik),
Angina Pectoris, dan Infark Miocard Akut (Serangan Jantung). Berikut adalah
penjelasan masing-masing klasifikasi PJK:
a. Silent Ischaemia
(Asimtotik)
Banyak dari penderita silent ischaemia
yang mengalami PJK tetapi tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau
tanda-tanda suatu penyakit (Iman, 2004:22).
b. Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe,
yaitu Angina Pectoris Stabil yang ditandai dengan keluhan nyeri dada yang khas,
yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang menjalar ke lengan kiri dan Angina
Pectoris tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit dapat timbul, 8 baik pada saat
istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama sakit dada jauh lebih
lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga lebih sering.
c. Infark Miocard
Akut (Serangan Jantung)
Infark miocard akut yaitu jaringan
otot jantung yang mati karena kekurangan oksigen dalam darah dalam beberapa
waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri dada, seperti tertekan, tampak pucat
berkeringat dan dingin, mual, muntah, sesak, pusing, serta pingsan (Notoatmodjo,
2007:304).
2. Epidemiologi PJK
Dewasa ini Penyakit Jantung
koroner/Coronary Artery Disease (PJK/CAD) merupakan salah satu penyakit jantung
yang sangat penting karena penyakit ini di derita oleh jutaan orang dan
merupakan penyebab kematian utama di beberapa Negara termasuk Indonesia.
Sebagai gambaran, di Amerika Serikat dilaporkan jumlah penderita PJK (Infark
Miokard Akut) baru adalah 1,5 juta per tahun (1 penderita tiap 20 detik).
Di Indonesia, Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi
jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah
(0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen.
Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di
Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan
(2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).
Pada hasil riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Prevalensi gagal
jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13
persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi
gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%),
disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung
berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%),
diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar
0,5 persen.
Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung
koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter serta yang
didiagnosis dokter atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen,
menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis
dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada
perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak
bersekolah dan tidak bekerja. Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih
tinggi di perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih
tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan terbawah.
Salah satu factor risiko dari penyakit
jantung adalah hipertensi dan Pada hasil
riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa Prevalensi hipertensi di Indonesia yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi
di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan
Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) dan Prevalensi hipertensi cenderung
lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja,
kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
Sedangkan Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut
JNC VII 2003 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0%
dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). Penyakit jantung terdistribusi dalam masyarakat berdasarkan karakteristik masyarakat dan
lingkungannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa distribusi PJK adalah:
a. Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan negara sedang
berkembang.
b. Lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan.
c. Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah ke atas
dibandingkan sosial ekonomi lemah.
d. Lebih banyak mengenai pria daripada wanita; namun yang lebih banyak
meninggal adalah wanita.
e. Meninggi setelah berumur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika
memasuki umur 50 tahun.
f. Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal daripada yang
selamat.
3. Strategi pencegahan dan promosi kesehatan
mengenai masalah PJK di Indonesia
a. Pencegahan Primer
Ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya PJK baru (new onset Coronary Heart
Disease) dengan cara mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor risiko melalui
pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama pada
kelompok risiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan
berkembangnya proses atherosklerosis secara dini. Dengan demikian sasarannya
adalah kelompok usia muda (Bustan, 2000). Upaya-upaya yang dilakukan dalam
pencegahan primer terhadap Penyakit Jantung Koroner antara lain:
1) Berhenti merokok
Menghentikan
kebiasan merokok merupakan hal yang paling sukar dilakukan, diperlukan motivasi
dan kesadaran yang sangat kuat dari diri siperokok maupun lingkungannya.
Berhenti merokok adalah alternatif terbaik untuk
kesehatan seperti pencegahan Penyakit Jantung
2) Olah raga
Dengan olah
raga secara teratur dan sedini mungkin, berarti mencegah terjadinya
atherosklerosis lebih lanjut yang senantiasa akan menjadi Penyakit Jantung
Koroner. Olah raga dapat membukakan saluran pembuluh darah baru disekitar
pembuluh darah yang tersumbat sehingga darah mengalir dengan
lancer kembali
3) Kontrol berat badan
Mengatur
pola makan dengan baik agar tidak menjadi kegemukan. Hindari
makan makanan yang mengandung lemak jenuh
4) Mengontrol tekanan darah
Melakukan
pemeriksaan tekanan darah secara rutin untuk mengetahui dan mengenal tekanan
darah sendiri. Apabila tinggi, kontrol dan perlu berobat secara teratur
5) Mengontrol kolesterol darah
Dilakukan
dengan cara mengidentifikasi jenis makanan yang kaya akan kolesterol kemudian
mengurangi konsumsinya
b. Pencegahan Sekunder
Cara mencegah penyakit jantung koroner pada tahap pencegahan sekunder ini yakni
upaya mencegah keadaan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau
menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola hidup dan kepatuhan
berobat bagi mereka yang sudah menderita PJK. Pencegahan ini ditujukan untuk
mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier yaitu upaya mencegah terjadi komplikasi yang lebih berat atau kematian.
Pencegahan dalam tingkatan ini bisa berupa rehabilitasi jantung. Program
rehabilitasi jantung terutama ditujukan kepada penderita PJK, pernah mendapat
serangan jantung atau pasca operasi jantung. Kecemasan dan kekuatiran sering
timbul pada penderita PJK apalagi setelah serangan jantung mendadak. Hidup
dilewati dengan rasa ketakutan karena segala sesuatunya harus dikontrol dan
dibatasi.
Referensi:
http://life-herbals-store.blogspot.com/p/pencegahan-dan-penanggulangan-pjk.html https://www.alodokter.com/pjk/pencegahan
Pertemuan
ke-9 :
Epidemiologi Kanker Payudara
1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker
payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa
terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran
(duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga
bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara.
Kanker
payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan.
Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih
kecil dari satu di antara seribu.
2. Teori terjadinya Kanker
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh sinar
UV, sinar X dan bahan-bahan kimia penyebab kanker. Yang termasuk bahan-bahan
kimia penyebab kanker adalah Benzopyrene, yakni zat berbahaya yang terjadi
akibat adanya pembakaran. Benzopyrene biasa ditemukan pada produk-produk yang
dimasak dengan api atau pengasapan. Benzopyrene mengakibatkan timbulnya sebuah
zat tertentu yang secara kimia bisa mengikat DNA dan ikatan inilah yang
kemudian mengakibatkan terjadinya perubahan struktur DNA.
Perubahan ini merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya
menguntungkan proses “Mutasi.” Semakin lama seseorang mengkonsumsi tembakau,
maka semakin besar pula zat-zat penyebab kanker yang dihisap oleh si perokok,
sehingga semakin tinggi pula resiko- bahwa zat-zat penyebab kanker yang telah
ia hisap tersebut, akan menjadi pemicu terjadinya perubahan struktur dalam gen.
Resiko terjadinya “Mutasi” akan semakin bertambah seiring dengan
pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur
bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang dengan mudah bisa memicu terjadinya
kesalahan pada pembelahan sel.
a. Gejala
1)
Fase awal
kanker payudara asimtomatik
(tanpa tanda dan
gejala). Tanda dan
gejala yang paling
umum adalah benjolan
dan penebalan pada payudara. Kebanyakan
kira-kira 90% ditemukan
oleh penderita sendiri.
Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.
2)
Fase
lanjut :
a)
Bentuk
dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
b)
Luka
pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.
c)
Eksim pada
puting susu dan
sekitarnya sudah lama
tidak sembuh walau diobati.
d)
Puting sakit,
keluar darah, nanah
atau cairan encer
dari puting atau
keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui.
e)
Puting
susu tertarik ke dalam.
f)
Kulit
payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).
3)
Metastase
luas, berupa :
a)
Pembesaran
kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
b)
Hasil
rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
c)
Peningkatan
alkali fosfatase atau
nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang.
d)
Fungsi
hati abnormal.
Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi masalah besar karena
lebih dari 70% pasien datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut dengan
berbagai bentuk luka, antara lain tumor melekat pada kulit dan jaringan
dibawahnya serta penyebaran pada
kelenjar getah bening
regional. Gejala lain
yang mungkin timbul
adalah batuk dan sesak
nafas karena metastasis
tumor pada paru,
sakit di punggung
akibat metastasis pada tulang
belakang, berat badan semakin menurun dan anemia.
b. Stadium
Dibawah ini pembagian
stadium klinis Portman
yang disesuaikan dengan
aplikasi klinik :
1)
Stadium
I :Tumor terbatas dalam payudara,
bebas dari jaringan sekitarnya, tidak
ada klasifikasi/infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor
1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.
2)
Stadium
II : Sama dengan
stadium I, besar
tumor 2-5 cm,
sudah ada KGB
aksila (+), tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2
cm.
3)
Stadium
IIIA : Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya,
KGB aksila masih bebas satu sama lain.
4)
Stadium
IIIB : Tumor meluas
dalam jaringan payudara ukuran
5-10 cm, fiksasi
pada kulit/dinding dada,
kulit merah dan
ada edema (lebih dari
1/3 permukaan kulit
payudara), ulserasi, nodul satelit,
KGB aksila melekat
satu sama lain
atau ke jaringan
sekitarnya dengan diameter
2-5 cm dan belum ada metastasis jauh.
5)
Stadium
IV : Tumor seperti
stadium I, II
atau III tetapi
sudah disertai dengan
KGB aksila supraklavikula dan metastasis jauh.
3. Epidemiologi Kanker Payudara
Epidemiologi kanker payudara pada wanita menunjukkan adanya
kelainan endokrin yang berhubungan dengan pajanan yang lama terhadap hormon
ovarium. Hormon ovarium telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas mitotik
pada sel mammae yang dikultur. Terapi hormonal dalam dalam bentuk terapi
pengganti hormon pascamenopause dapat berperan pada peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara.
Perbedaan etnik dan geografis juga banyak mempengaruhi prevalensi
kanker payudara. Wanita Asia yang dilahirkan dan dibesarkan di Asia memiliki
risiko seperlima kali untuk mengalami kanker payudara dibandingkan dengan
wanita Amerika. Risiko akan meningkat melebihi risiko wanita Amerika jika
wanita Asia tinggal di AS selama dua generasi atau lebih yang menunjukkan bahwa
lingkungan atau gaya hidup mempengaruhi penyakit ini. Walaupun berada pada
suatu negara yang luas, insidensi dan mortalitas kanker payudara dapat
berbeda-beda pada daerah yang berbeda. Pada daerah yang lebih makmur, rerata
kanker payudara meningkat. Hal ini mungkin berhubungan dengan penundaan untuk
memiliki anak pada wanita yang lebih kaya dan berpendidikan baik. Hubungan
antara konsumsi alkohol dengan meningkatnya risiko kanker payudara menunjukkan
adanya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kanker.
4. Faktor risiko Kanker Payudara
Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara
adalah :
a. Usia
Mayoritas kasus kanker payudara terjadi pada
perempuan berusia di atas 50 tahun, tetapi juga dapat terjadi pada anak
laki-laki atau perempuan mulai dari usia 15 tahun.
b. Faktor Genetik
Gen yang dibawa oleh anggota keluarga kita
dapat diturunkan dan mengakibatkan penyakit tertentu. Penyebab kanker payudara
pun bisa disebabkan oleh mutasi gen yang tidak diwariskan biasanya terjadi pada
mutasi gen yang disebut Human
Epidermal Growth factor receptor 2 atau yang disingkat dengan HER2.
Sedangkan gen paling umum diwariskan adalah
gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker payudara 2 (BRCA2), keduanya
meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker ovarium.
c. Kontrasepsi Oral
Penggunaan kontrasepsi oral atau hormonal juga
berisiko menyebabkan kanker payudara. dr Martha menyarankan untuk menghindari
penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang secara kumulatif melebihi delapan
tahun dan gunakan kontrasepsi mekanik seperti spiral dan kondom untuk
mengurangi risiko kanker payudara.
d. Menstruasi Dini
Bagi perempuan yang mengalami menstruasi
pertamanya di bawah usia 12 tahun sangat berisiko terkena kanker payudara. Hal
ini dikarenakan peningkatan jumlah estrogen dalam tubuhnya, selama jangka waktu
yang lama. Estrogen juga dikaitkan dengan kanker payudara karena dapat
menyebabkan sel kanker untuk tumbuh.
e. Riwayat Penyakit
Jika
Anda sudah pernah menderita kanker payudara pada satu payudara, Anda memiliki
peningkatan risiko mengembangkan kanker pada payudara satunya.
f. Kehamilan Pertama di Usia Tua
Hamil di atas usia 35 tahun dapat meningkatkan
risiko kanker payudara. Wanita yang hamil di usia tua berisiko tinggi
melahirkan bayi prematur, dan hal ini akan berefek pada proses penyusuan dan
penyapihan yang tidak normal.
g. Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan
resiko untuk mengalami kanker payudara. Dijelaskan oleh dr Martha, dalam
perbandingan wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 35
tahun mempunyai resiko sepertiganya dibanding yang mengalami menopause pada
usia normal, yaitu 50 tahun ke atas.
h. Pola Hidup Tidak Sehat
"Kasus
kanker payudara meningkat karena dewasa ini kebanyakan orang-orang menjalani
pola hidup tidak sehat. Banyak makan fast food, mudah stress, jarang
berolahraga, bekerja shift malam. Semua itu bisa memicu terjadinya kanker
payudara,"
i. Tidak menyusui, tidak menikah, tidak punya anak
Dr.
Martha mengungkapkan bahwa wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan yang
lengkap atau tidak pernah melahirkan, dan tidak pernah menyusui, lebih
berpotensi terkena kanker payudara.
5. Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara
adalah pencegahan yang
bertujuan menurunkan
insidens kanker payudara
dan secara tidak
langsung akan menurunkan
angka kematian akibat kanker
payudara.
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada
orang sehat yang belum memiliki faktor risiko. Upaya ini dimaksudkan dengan
menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak
mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya.
Pencegahan primordial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditujukan pada
orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat
yang sudah memiliki faktor risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan
primer dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai
faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar
dari pencegahan primer
adalah menurunkan insidens
kanker payudara yang dapat
dilakukan dengan :
1)
Mengurangi
makanan yang mengandung lemak tinggi.
2)
Memperbanyak
aktivitas fisik dengan berolah raga.
3)
Menghindari
terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.
4)
Mengkonsumsi
makanan yang mengandung banyak serat. Serat
akan menyerap zat-zat
yang bersifat karsinogen
dan lemak, yang
kemudian membawanya keluar melalui feses.
5)
Mengkonsumsi produk
kedelai serta produk
olahannya seperti tahu
atau tempe. Kedelai
mengandung flonoid yang berguna
untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai
estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor
estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi
estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel
kanker.
6)
Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan
dan sayuran, terutama
yang mengandung vitamin
C, zat an tioksidan
dan fitokimia seperti
jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak,
kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh
penderita sendiri daripada oleh
dokter. Karena itu,
wanita harus mewaspadai
setiap perubahan yang
terjadi pada payudara.
Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut
dilakukan pemeriksaan sederhana
yang disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI sebaiknya
dilakukan setiap bulan
secara teratur. Cara
ini sangat efektif di
Indonesia karena tidak
semua rumah sakit
menyediakan fasilitas
pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan
pada payudara dari
bulan ke bulan.
Pemeriksaan optimum dilakukan
pada sekitar 7-14
hari setelah awal siklus
menstruasi karena pada
masa itu retensi
cairan minimal dan
payudara dalam keadaan
lembut dan tidak
membengkak sehingga jika
ada pembengkakan akan
lebih mudah ditemukan.
Jika sudah menopause
maka pilihlah satu hari
tertentu, misalnya hari
pertama untuk mengingatkan
melakukan SADARI setiap bulan.
f. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan
untuk mengobati para penderita
dan mengurangi akibat -akibat yang
lebih serius dari
penyakit kanker payudara
melalui diagnosa dan deteksi dini
dan pemberian pengobatan.
1) Diagnosa Kanker Payudara
Diagnosa
kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan yaitu :
a) Anamnesa
· Anamnesa terhadap keluhan di
payudara atau ketiak apakah ada benjolan, rasa sakit, edema lengan atau
kelainan kulit.
· Anamnesa terhadap
keluhan di tempat
lain berhubungan dengan
metastasis seperti nyeri tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain.
· Anamnesa terhadap faktor-faktor risiko
(usia, riwayat keluarga,
riwayat kanker individu dan
konsumsi lemak).
b) Pemeriksaan Fisik
Ketepatan mendiagnosa kanker
payudara dengan pemeriksaan
fisik sekitar 70%. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap
status lokalis payudara kanan atau kiri
atau bilateral dan
penderita harus diperiksa
dalam posisi duduk
dan terlentang. Kemudian payudara
diperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan puting
susu, status kelenjar
getah bening dan
pemeriksaan pada lokasi metastasis jauh.
c) Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan
radiologi dicurigai ganas. Biopsi jarum
halus dilakukan dengan
menusuk tumor dengan
jarum halus dan disedot dengan
spuit 10 cc sampai jaringan tumor lepas dan masuk ke dalam jarum. Kemudian
jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk
mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).
d) Pemeriksaan Radio logik
Pemeriksaan radiologik dilakukan
dengan menggunakan Mammografi
dan USG (Ultrasonografi)
payudara. Mammografi merupakan tindakan pemeriksaan
payudara dengan menggunakan
sinar X berintensitas rendah.
Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk melihat
ada tidaknya benjolan
pada payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk perempuan dengan
keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan maupun sebelum ditemukan
adanya benjolan dan sebagai check up kanker payudara. American Cancer Society
dalam programnya menganjurkan sebagai berikut :
· Untuk perempuan
berumur 35-39 tahun,
cukup dilakukan 1
kali mammografi dasar (Baseline
Mammogram).
· Untuk perempuan
berumur 40-50 tahun,
mammografi silakukan 1
atau 2 tahun sekali.
Untuk perempuan berumur
di atas 50
tahun, mammografi dilakukan
setahun sekali.USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan
mammografi untuk tujuan diagnostik untuk membantu membedakan kista berisi
cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks, USG
abdomen, Bone Scanning (Scan tulang) dan CT Scan
6. Permasalahan penanggulangan kanker payudara di
Indonesia
Permasalahan dalam menangani kanker payudara ialah di Indonesia
tidak banyak memiliki rumah sakit kanker dan sebarannya pun belum merata.
Selain itu, keterbatasan fasilitas layanan kesehatan kanker juga faktor ekonomi
penderita kanker berpengaruh terhadap kualitas layanan dan penanganan pasien
kanker tersebut.
Referensi:
Heffner, L.,
& Schust, D, 2009. At A Glance Sistem
Reproduksi Edisi 2, Jakarta, Erlangga.
0 Komentar