Review kebijakan germas


             

RINGKASAN EKSEKUTIF

Di era Jaminan Kesehatan Nasional ini Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan yang begitu kompleks di sektor kesehatan, terutama masalah tiple burden yaitu berkembangnya penyakit infeksius, meningkatnya angka prevalensi penyakit menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali. Di era 1990 an, penyakit menular seperti ISPA,Tuberkulosis dan diare merupakan penyakit dengan angka prevalensi tertinggi di Indonesia. Namun perubahan pola dan gaya hidup merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya transisi epidemiologi yang mana penyakit penyakit yang dahulu jarang ditemukan angka prevalensinya sekarang menjadi primadona dan menjadi focus utama berbagai kalangan untuk segera diselesaikan. Hingga tahun 2015, penyakit tidak menular, stroke, penyakit jantung koroner kanker dan penyakit diabetes justru menduduki peringkat tertinggi dalam angka prevalensi di Indonesia. Yang menjadi benang merah dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di era Jaminan kesehatan Nasional adalah inkonsistensi para pemangku kebijakan dalam menetapkan arah pembangunan kesehatan nasional yang sehrusnya mengedepankan aspek promotif dan preventif untuk mengedepankan pembangunan kesehatan dengan paradigm sehat namun fakta yang ada menunjukkan bahwa arah pembangunan kesehatan saat ini lebih berpihak ke arah kuratif dan rehabilitatif yang notabene akan menghambat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan akan membangun mental masyarakat yang sakit bukan sehat dan juga terkesan membangun komersialisasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Sebuah pembelajaran berharga di era jaminan kesehatan nasional (JKN), anggaran banyak terserap untuk membiayai penyakit katastropik, yaitu: PJK, Gagal Ginjal Kronik, Kanker, dan Stroke. Selain itu, pelayanan kesehatan peserta JKN juga didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar. Fakta ini perlu ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara.
Permasalahan kesehatan yang timbul merupakan akibat perilaku hidup yang tidak sehat dan sanitasi lingkungan yang buruk yang sebenarnya dapat dicegah bila  fokus pelayanan kesehatan diutamakan pada pelayanan kesehatan  preventif dan promotif. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui upaya promosi kesehatan. Upaya promotif dan preventif dalam menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Gerakan Masyarakat Sehat adalah sebuah Gerakan Yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara massif dan terpadu oleh seluruh komponen bangsa dengan konsep kesadaran ,kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan utama dari kebijakan gerakan masyarakat sehat ini adalah untuk menurunkan angka beban penyakit menular, penyakit tidak menular dan angka kecacatan akibat penyakit, menghindari terjadinya penurunan produktifitas penduduk serta menurunkan beban pembiayaan kesehatan akibat penyakit. Pelaksanaan gerakan masyarakat sehat bertumpu pada pasrtisipasi aktif elemen masyarakat seluruh elemen bangsa terutama keluarga  untuk menumbuhkan  kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat  untuk meningkatkan kualitas hidup melalui gerakan hidup sehat yang berfokus pada 3 kegiatan yaitu aktivitas fisik, mengonsumsi buah dan sayur dan memeriksakan kesehatan secara rutin. Resistensi kebijakan ini terkait dengan tidak sejalan dengan arah pembangunan nasional yang lebih mengedepankan aspek promotif dan preventif namun pembangunan saat ini lebih mengarah ke aspek kuratif yang notabene akan membangun paradigm sakit di masyarakat, diharapkan dengan ada gerakan masyarakat sehat memungkinkan terbangunnya system pembangunan kesehatan yang pro terhadap preventif dan promotif kesehatan. Rekomendasi arah kebijakan gerakan masyarakat sehat harus diiringi dengan akses serta mobilisasi promosi kesehatan yang lebih faktual dan berorientasi pada pengembangan pendidikan dan kesejahteraan penduduk untuk meminimalisir ketergantungan pada pelayanan kesehatan yang menciptakan pembangunan dengan paradigma sakit serta membangun  masyarakat yang sehat sekaligus produktif.
Oleh karena itu kebijakan gerakan masyarakat sehat menjadi salah satu isu publik yang mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan terkait eksistensi dan keterjangkauannya kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
                                                                    

                                                                           BAB I
KAJIAN KEBIJAKAN
1.1  Masalah Mendasar
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan oleh semua komponen bangsa. Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang maksimal. Dalam nawacita presiden RI 2014-2019 menciptakan Sembilan agenda yang menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat, salah satu dalam nawacita itu adalah meningkatkan kualitas hiduo manusia Indonesia yang dijabarkan melalui kebijakan kesehatan  oleh kementrian kesehatan untuk membentuk formulasi dalam pembangunan kesehatan nasional
Saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan pembangunan kesehatan yang begitu kompleks yakni masalah triple burden , karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) serta penyakit penyakit yang seharusnya sudah tertatasi muncul kembali. Pada era 1990, penyakit menular seperti ispa, tuberculosis, dan diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya transisi penyakit. Tahun 2015 PTM seperti stroke, penyakit jantung koroner , kanker dan diabetes menduduki peringkat tertinggi.
Permasalahan kesehatan yang timbul merupakan akibat perilaku hidup yang tidak sehat dan sanitasi lingkungan yang buruk yang sebenarnya dapat dicegah bila  fokus pelayanan kesehatan diutamakan pada pelayanan kesehatan  preventif dan promotif. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui upaya promosi kesehatan. Upaya promotif dan preventif dalam menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Selain itu Di Indonesia, pemahaman pihak eksekutif dan legislative terhadap peran kesehatan masih terbatas pada upaya pengobatan dan penyembuhan penyakit. Sementara, pemahaman mereka tentang peran kesehatan dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas relative masih rendah. Selain itu, pemahaman mereka pada peran kesehatan pada pembangunan ekonomi juga masih kurang. Itulah sebabnya sampai kini upaya kesehatan di Indonesia masih bersifat kuratif, bahkan masih ada yang beranggapan bahwa penduduk sehat merupakan kontribusi pembangunan ekonomi, sementara sektor kesehatan dianggap konsumtif dan tidak produktif. Kontribusi upaya kuratif tidak besar karena tidak berdaya ungkit mengantarkan masyarakat mencapai kondisi sehat yang produktif. Membangun SDM yang berkualitas seharusnya dilakukan dalam seluruh proses kehidupan mulai dari kesehatan calon ibu, janin dalam kandungan, bayi, anak balita, usia sekolah, remaja, pemuda, kelompok usia produktif sampai usia lanjut. SDM yang berkualitas dibangun sejak usia dini sebagai bagian dari pembangunan generasi yang akan datang. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa desentralisasi penuhbidang kesehatan tidak serta merta dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di tingkat kabupaten/kota.
Gerakan masyarakat sehat  didasari pada informasi yang ditemukan kementrian kesehatan terkait masih tingginya angka kematian ibu pada tahun 2015 sebanyak 4. 809 jiwa, tingginya jumlah angka kematian bayi tahun 2015b sebanyak 22.267 orang, balita yang mengalami stunting pada usia 0-59 bulan tersebar di wilayah aceh, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku dengan status gizi balita 30 sampai dengan 40 %. Selain itu tingginya angka prevalensi penyakit tidak menular menjadi beban tanggungan masyarakat yang akan berdampak pada hilangnya potensi sumber daya manusia dan menurunnya produktivitas  sehingga tingkat sosial ekonomi masyarakat menurun yang akan menimbulkan masalah kesehatan yang abru seperti penurunan status gizi.
Dari data diatas beban penyakit dan kecacatan merupakan suatu prioritas yang paling penting untuk segera diatasi  mengingat pengobatan menjadi dasar kebijakan akan membebani tanggungan keuangan Negara. Jika hal ini terus berlanjut akan menyita anggaran pembiayaan kesehatan negaran sehingga dalam hal ini program “Gerakan Masyarakat sehat “ menjadi salah satu program yang berorientasi pada pembangunan kesehatan dengan upaya promotif dan preventif dengan pendekatan keluarga untuk penguatan kesehatan berbasis keluarga dengan melibatkan berbagai pihak terutama keluarga untuk turut serta dalam pembangunan derajat kesehatan masyarakat yang maksimal.
1.2  Tujuan yang Ingin Dicapai
1.2.1   Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam adanya kebijakan Gerakan Masyarakat Sehat yaitu :
1.      Menurunkan beban penyakit menular, baik kematian maupun kecacatan
2.      Menghidari terjadinya penurunan produktivitas penduduk
3.      Menurunkan beban pembiayaan suatu pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatabn
1.2.3 Tujuan Khusus
Tujuan khusus Gerakan Masyarakat Sehat adalah untuk menurunkan resiko utama penyakit menular dan tidak menular terutama melalui :
a.       Intervensi gizi 1000 hari pertama kehidupan
b.      Memperbaiki pola konsumsi gizi seimbang seluruh keluarga
c.       Meningkatkan pola hidup sehat
d.      Meningkatkan lingkungan sehat
e.       Meningkatkan aktivitas fisik
f.       Mengurangi konsumsi rokok dan alcohol


1.3  Substansi Kebijakan
Menurut Instruksi  Presiden Nomor 1 Tahun2017 menegaskan bahwa dalam rangka melakukan sinergitas tindakan yang kolaboratif dan massif  dari upaya promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit menjadi suatu keharusan untuk menggalakkan program Gerakan Masyarakat Sehat melalui 4 kegiatan, yakni :
a.       Peningkatan aktivitas fisik
b.      Peningkatan perilaku hidup sehat
c.       Penyediaan pangan sehat dan perbaikan gizi
d.      Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
e.       Peningkatan kesehatan lingkungan
f.       Peningkatan edukasi sehat
Serta dalam hal ini mengeluarkan kebijakan mengenai Kampanye Gerakan Masyarakat sehat serta meningkatkan advokasi dan pembinaan daerah dalam pelaksanaan kebijakan akwasan tanpa rokok, meningkatkan pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian ASI eksklusif serta aktivitas fisik.
1.4  Ciri kebijakan ( Kriteria, Tipe Pendekatan, Aturan yang rancu)
1.4.1        Kriteria
Gerakan Masyarakat Sehat adalah sebuah Gerakan Yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara massif dan terpadu oleh seluruh komponen bangsa dengan konsep kesadaran ,kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Penyelenggaraan program Indonesia sehat dilakukan dengan pendekatan keluarga dan ditetapkan indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga. Indikator penanda keberhasilan pembangunan status kesehatan keluarga adalah :
1.      Keluarga mengikuti program keluarga berencana
2.      Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan keluarga
3.      Bayi mendapat imunisasi dasar
4.      Bayi mendapatkan susu ekslusif dari ibu hamil
5.      Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6.      Penderita tuberculosis mendapatkan pengobatan sesuai standar
7.      Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8.      Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9.      Anggota keluarga tidak merokok
10.  Keluarga terdaftar dalam JKN
11.  Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
12.  Keluarga menggunakan jamban sehat
1.5  Tipe pendekatan
            Kebijakan Gerakan masyarakat Sehat merupakan salah satu program yang bertumpu pada upaya promotif dan preventif dengan melakukan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:
1. Fungsi afektif (The AffectiveFunction) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk normanormatingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
1.6  Pasal yang bermasalah
    landasan pemerintah dalam rangka mewujudkan universal health coverage dan derajat kesehatan yang setinggi tingginya dituangkan dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 Tentang gerakan masyarakat hidup sehat. Dengan adanya Inpres nomor 1 Tahun 2017 ini diharapkan kementrian Negara, Lembaga Negara, fasilitas pelayanan kesehatan dan seluruh masyarakat dapat berkolaborasi secara aktif dan massif untuk mewujudkan derajat kesehatan yang maksimal. Pada dasarnya kebijakan gerakan masyarakat sehat ini menjadi salah satu program yang langsung menyentuh masyarakat untuk mengedukasi guna membentuk pola hidup bersih dan sehat.
Namun kami selaku penulis melihat ada beberapa hal  yang tidak sejalan dengan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat seperti :
1.      Payung Hukum Gerakan Masyarakat sehat
Paying hukum menjadi salah satu instrument dasar pemerintah dalam mengeksekusi kebijakan yang telah disetujui bersama, kebijakan akan menjamin pemerintah tidak akan melakukan penyelewengan terhadap penyelenggaraan kebijakan tersebut serta menjamin setiap aktor kebijakan dan pelaksana program dapat menjalankan program dengan seharusnya. Sehingga penulis memandang dalam kebijakan gerakan masyarakat sehat ini melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap namun lemah, karena dalam hal ini instruksi presiden merupakan instrument hukum yang paling dibawah dalam tata hukum di Indonesia dan sifatnya tidak mengikat serta hanya sebatas instruksi, sehingga dalam penyelenggaraan kebijakan gerakan masyarakat sehat rawan terjadi fraud atau penyelewengan anggaran dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu seharusnya payung hukum gerakan masyarakat sehat seharusnya harus setingkat Undang Undang karena salah satu fokus utama dari gerakan masyarakat sehat adalah penyediaan konsumsi pangan hal ini menuntut pemerintah menyediakan harga pangan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
2.      Advokasi dan pembinaan lintas sektor dalam perwujudan kesehatan kawasan sehat.
Advokasi lintas dan pembinaan sektor dalam pelayanan kesehatan sangat perlu untuk dilakukan untuk mendukunng suksesnya tujuan kebijakan yang ingin dicapai dalam hal ini adalah gerakan masyarakat sehat.
Dalam kebijakan masyarakat sehat advokasi dan pembinaan lintas sektor menjadi salah satu permaslaahan dalam penyelenggaraan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat karena dukungan lintas sektor dapat menjadi faktor pendukung suksesnya kebijakan. Sebagai salah satu contoh salah satu tujuan khusus dari gerakan masyarakat sehat adalah anggota keluarga tidak merokok di dalam rumah dan hal ini telah tertuang dalam kebijakan kawasan tanpa rokok dalam hal ini perlu ada dukungan dari tokoh agama tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah setempat untuk mengawasi sekaligus menjalin advokasi lintas sektor.
3.      Kolaborasi Sumber Daya Manusia Kesehatan yang masih nihil
Aspek sumber daya manusia kesehatan menjadi ujung tombak perjuangan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang sempurna. Apabila aspek kuratif dan promotif berjalan beriringan maka akan tercipta sinergitas yang mampu membangunderajat kesehatan yang maksimal. Sebagai contoh tenaga kesehatan masyarakat, ahli gizi, psikolog, dokter, perawat, bidan dan seluruh komponen SDM kesehatan berkolaborasi menyelesaikan persoalan kesehatan sercara beriringan akan menciptakan masayrakat yang sehat.Namun hal ini belum menjadi fokus pemerintah. Apabila dimanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya manusia kesehatan dapat melakukan


BAB II
KONSEKUENSI DAN RESISTENSI
2.1  Perilaku yang muncul
Terkait dengan implementasi kebijakan gerakan masyarakat sehat akan muncul sikap pro dan kontra terkait diterbitkannya kebijakan masyarakat sehat pada masyarakat secara umum. Kebanyakan masyarakat masih terkendala dengan sosialisasi program kebijakan yang ingin dicapai dalam kebijakan gerakan masyarakat sehat dan kendala utamanya terkait dengan kebiasaan masyarakat yang tidak terbiasa untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, tidak merokok, melakukan aktivitas fisik, serta memeriksakan kesehatan secara rutin di pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu sumber timbulnya penyakit pada tubuh manusia, menurut data pada tahun 2016 setidaknya 26,1 persen penyebab penyakit tidak menular karena kurangnya aktivitas fisik. Banyak dijumpai masyarakat usia produktif yang terserang penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, serangan jantung, obesitas, kolesterol tinggi, diabetes dan hipertensi akibat dari kurangnya aktivitas fisik dan pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
Rendahnya aktivitas fisik menyebabkan kurangnya pembakaran kalori pada tubuh bahkan tidak lebih dari 1,5 kali pembakaran kalori saat beristirahat, akibatnya sisa-sisa kalori yang tidak terbakar akan menumpuk menjadi lemak dalam jangka panjang akan menyebabkan obesitas atau kegemukan. Obesitas sangat berkaitan dengan penyebab penyakit jantung dan penyakit tidak menular lainnya.
Meningkatkan aktivitas fisik setiap hari menjadi salah satu kegiatan Germas untuk menghindari dan mencegah timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan karena obesitas atau penumpukan lemak dalam tubuh.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat indonesia jika tidak ada keluhan atau gejala yang berarti dalam tubuh, umumnya tidak akan melakukan pemeriksaan kesehatan dan yakin jika tubuhnya sehat. Faktanya, benyak jenis penyakit yang tidak menunjukan gejala diawal, namun baru terdeteksi setelah penyakit dalam level parah atau kritis, seperti penyakit hipertensi atau darah tinggi dan diabetes.
Pemeriksaan kesehatan atau medical chekup dilakukan secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi kesehatan secara berkala. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat mendeteksi lebih dini penyakit yang ada dalam tubuh, khususnya penyakit-penyakit tidak menular yang berbahaya dan mematikan, sehingga kondisi penyakit yang lebih parah dapat dicegah.
Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan memiliki banyak manfaat diantaranya mengetahui kondisi kesehatan tubuh secara detail, mencegah berkembangnya penyakit dalam tubuh, mencegah terjadinya komplikasi penyakit, menekan biaya pengobatan dan meingkatkan kualitas hidup seperti cita-cita Germas (gerakan masyarakat sehat).
2.2  Resistensi
    Merujuk Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang gerakan masyarakat sehat bahwa kami melihat terdapat kemungkinan terjadinya resistensi terhadap kebijakan gerakan masyarakat sehat mulai bahwa kemungkinan besar terjadi fraut atau penyelewengan anggaran terkait dengan program gerakan masayrakat sehat sebab dengan anggaran yang cukup besar memungkinkan adanya fraut, karena tidak menutup kemungkinan anggaran yang diberikan tidak sampai kepada target yang diinginkan, selain itu program ini seharusnya didukung oleh fasilitas pelayanan kesehatan sebab pelayanan kesehatan mempunya 2 fungsi yaitu fungsi social dan ekonomi sehingga program germas ini seharusnya sudah digalakkan di tingkat fasilitas kesehatan.
2.3  Masalah yang baru muncul
    Terkait dengan pelaksanaan kebijakan gerakan masyarakat sehat terdapat kemungkinan masalah baru muncul yakni hilangnya fungsi social fasilitas pelayanan kesehatan karena gerakan masyarakat sehat seharusnya menjadi fungsi utama fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat pertama kedua dan ketiga dan harus selalu di sosialisasikan ke masyarakat.
   Inkonsistensi pemerintah dalam menetapkan kebijana germas terkait dengan fungsi fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi promotif dan preventif sehingga akan timpang dengan adanya program gerakan masyarakat sehat karena seharusnya gerakan masyarakat sehat harus dimunculkan ditingkat fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi actor gerakan masyarakat sehat.
   


BAB III
PREDIKSI
3.1  Prediksi Trade-off
Gerakan masyarakat sehat menjadi salah satu program yang dicanangkan pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Adanya program ini mengindikasikan bahwa preventif merupakan suatu yang mutak yang harus segera diselesaikan secara seksama. Gerakan masyarakat sehat menjadi salah satu program unggulan ditengah pembangunan kesehatan dengan paradigm “Sakit”. Program pembangunan kesehatan saat ini lebih berpihak pada aspek kuratif bukan promotif hal ini dibuktikan dengan anggaran kesehatan Negara lebih difokuskan pada penyembuhan masyarakat yang sakit bukan mencegah masyarakat agar tidak sakit, hal ini menjadi batu sandungan terhadap pembiayaan kesehatan dimasa mendatang.
Gerakan masyarakat sehat memfokuskan pada aspek preventif untuk mencegah masyarakat dalam mencegah agar masyarakat tidak sakit dan yang sakit menjadi sehat dan yang sehat mempertahankan kesehatannya agar tidak jatuh sakit. Gerakan masyarakat sehat memang membantu dalam meningkatkan derajat kesehatannya namun apabila tidak didukung oleh peningkatan pendidikan masyarakat serta peningkatan ekonomi serta perbaikan sanitasi yang baik akan mempersulit merubah paradigm masyarakat serta pengetahuan masyarakat untuk mengubah paradigm sakit menjadi paradigma sehat
Prediksi kegagalan kebijakan gerakan masyarakat sehat menjadi sangat rentan terjadi akibat dari kerjasama lintas sektor yang yang belum sempurna sehingga terjadi “kebijakan yang mubazir”. Gerakan  masyarakat sehat menjadi program yang sia sia apabila tidak dilakukan kerjasama lintas sector seperti ekonomi, infrastruktur dan sanitasi lingkungan yang baik. Sementara itu gerakan masayarakat sehat seharusnya menjadi tugas utama dan focus utama rencana strategis pada fasilitas pelayanan kesehatan .
a.      Prediksi keberhasilan
Gerakan masyarakat akan berhasil jika seluruh komponern pemerintah dan masyrakat untuk saling bahu membahu membangun masyarakat sehat menuju masyarakat madani 2045. Program ini sebenarnya baru dilaunching pada tahun 2017 artinya usia kebijakan ini sangat baru dan perlu sosialisasi secara komprehensif dan massif untuk memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mendukung focus utama kegiatan gerakan masyarakat sehat.
Kebijakan ini akan berhasil apabila seluruh fasilitas kesehatan baik yang berada pada tingkat pertama hingga tingkat ketiga mampu menjalankan fungsi promotif dan preventif nya, selain itu kebijakan ini perlu ada namanya kolaborasi massif antara seluruh komponen sumber daya kesehatan masyarakat seperti dokter, perawat, bidan psikolog, ahli kesehatan masyarakat dan seluruh sumber daya kesehatan masyarakat untuk meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat .

  
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
   4.1 Kesimpulan kajian BAB 1 dan BAB 3
1.            Indonesia mengalami tantangan yang begitu kompleks dalam pembangunan kesehatan. Pada saat ini tantangan yang didapat Indonesia terletak pada tingkat prevalensi penyakit yang mengalami triple burden. Triple burden yaitu beban penyakit yang dialami Indonesia  yaitu berkembangnya penyakit infeksius, meningkatnya angka prevalensi penyakit menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali. Di era 1990 an, penyakit menular seperti ISPA,Tuberkulosis dan diare merupakan penyakit dengan angka prevalensi tertinggi di Indonesia. Namun perubahan pola dan gaya hidup merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya transisi epidemiologi yang mana penyakit penyakit yang dahulu jarang ditemukan angka prevalensinya sekarang menjadi primadona dan menjadi focus utama berbagai kalangan untuk segera diselesaikan. Hingga tahun 2015, penyakit tidak menular, stroke, penyakit jantung koroner kanker dan penyakit diabetes justru menduduki peringkat tertinggi dalam angka prevalensi di Indonesia.
2. Gerakan Masyarakat sehat merupakan salah satu program kebijakan kesehatan yang mengajak, mengedukasi serta memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan derajat dengan focus kegiatan aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur serta pemeriksaan kesehatan secara teratur. Namun dalam pelaksanaannya terdapat banyak kekurangan mulai dari paying hokum yang kurang mengikat serta pembangunan status gizi yang masih terkendala dengan pasar komoditi yang belum sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat.


Posting Komentar

0 Komentar