Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Polio


                                                          Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Polio
                  a.       Pencegahan
Pencegahan polio ialah dengan cara ERADIKASI POLIO. Sebenarnya upaya eradikasi polio sudah berjalan sejak 1988-kurang lebih 17 tahun lalu. Saat itu, semua pihak optimistis bisa memenuhi target eradikasi tahun 2005, bercermin dari keberhasilan dunia membebaskan diri dari penyakit cacar. Dalam situs WHO disebutkan, lebih dari 200 negara ikut berpartisipasi dan melibatkan 200 juta sukarelawan dengan total investasi 3 miliar dollar AS. Sejak diluncurkannya upaya eradikasi global itu, kasus polio turun drastis di seluruh dunia. Kalau tahun 1988 masih terdapat 350.000 kasus polio, akhir tahun 2003 cuma ditemukan 700 kasus. Selain itu pencegahan nya dilakukan dengan imunisasi polio.
Ada 2 bentuk vaksin yang dikenal dan digunakan dalam upaya pemberantasan polio, yaitu, (i) vaksin dari virus yang dilemahkan dan diberikan secara oral (oral poliovaccine = OPV), dan (ii) vaksin yang berasal dari virus yang dinonaktifkan dengan formalin dandiberikan secara suntikan (injectable poliovaccine = IPV). Pada umumnya banyak Negara menggantungkan upaya pemberantasan polio pada vaksin oral (OPV) seperti yang direkomendasikan oleh WHO. Pada tahun 1977, hanya 5% dari seluruh anak-anak di dunia yang telah menerima 3 dosis OPV yang dipersyaratkan, tetapi pada tahun 1995 persentasi ini meningkat menjadi 80% dan sejak tahun 1995 itu OPV telah berhasil mencegah sedikitnya 400.000 kasus poliomielitis paralitik setiap tahunnya. Karena OPV mengandung virus hidup maka akan berkembang biak, menyebabkan infeksi dan menimbulkan kekebalan.
Vaksinasi ulangan (booster) penting sekali untuk mendapatkan kekebalan permanen. Vaksin menginduksi pembentukan imunoglobulin M (IgM) dan IgG di dalam darah, dan juga sekresi antibodi IgA di intestine yang menyebabkan tubuh menjadi resisten terhadap reinfeksi polio. OPV trivalent umumnya digunakan di Amerika di mana imunisasi primer dimulai pada usia 2 bulan, diberikan secara bersamaan dengan vaksinasi pertama dari difteri-pertusis-tetanus (DPT). Dosis atau vaksinasi kedua dan ketiga diberikan dalam interval 2 bulan sesudahnya dan dosis keempat diberikan pada usia 18 bulan. Dosis multipel ini dianjurkan untuk memperoleh kekebalan maksimal terhadap ketiga serotipe poliovirus tersebut. Booster vaksin trivalen direkomendasikan untuk diberikan pada semua anak-anak ketika memasuki sekolah dasar.
b.      Pengobatan
Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Perlu diberikan pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans A I P.
A.      Rehabilitasi Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif. ·
B.      Prognosis Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian vaksin juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah diberi vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini.

Posting Komentar

0 Komentar