ANALISIS
JURNAL
ASUPAN
VITAMIN A, STATUS VITAMIN A, DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR
ABSTRACT
Background :
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak memiliki tingkat kecukupan
vitamin A kategori sedang (54.8%). Pada umumnya status gizi mereka normal
(93.5%). Lebih dari separuh anak memiliki status vitamin A dengan kategori
rendah (58.1%).
Objective :
Tujuan
penelitian adalah mempelajari asupan vitamin A, status vitamin A dan status
gizi subjek di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Tujuan khusus penelitian
adalah mengidentifikasi karakteristik anak dan karakteristik keluarga;
mengidentifikasi konsumsi pangan, status gizi dan status vitamin A anak SD;
menganalisis hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi
anak SD; menganalisis hubungan tingkat kecukupan vitamin A dengan status
vitamin A anak SD; dan menganalisis hubungan status gizi dengan status vitamin
A anak SD.
Methods :
Subjek
penelitian merupakan subjek yang terdaftar di Sekolah Dasar Negeri Angsana I
dan Sekolah Dasar Negeri Angsana II, Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Subjek diambil dengan purposive sampling dengan
kriteria subjek penelitian merupakan siswa aktif yang terdaftar dalam kelas 2
dan kelas 3 dengan usia 7—9 tahun. Anak usia 7—9 tahun sudah
tidak diberikan vitamin A dosis tinggi oleh pemerintah. Jumlah subjek yang
mengikuti penelitian dihitung berdasarkan rumus yang dimodifikasi dari Gusthianza.
Results :
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi, Protein dan Status Vitamin A dengan
Status Gizi
Hasil uji
hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat kecukupan energi dengan status gizi (p>0.05). Hasil uji hubungan
juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
kecukupan protein dengan status gizi (p>0.05). Hal tersebut diduga karena
ketersediaan pangan sumber energi dan protein yang kurang sehingga sebagian
besar subjek berstatus gizi normal berada pada tingkat kecukupan defisit.
Hasil uji
hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
status vitamin A dengan status gizi (p>0.05). Hal ini diduga karena status
vitamin A dari seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya dari
status gizi. Faktor-faktor yang memengaruhi status vitamin A seseorang yaitu
konsumsi makanan, cadangan vitamin A di dalam hati, faktor sosial ekonomi, dan
faktor penyakit (status defisiensi)
Conclusion :
Nilai rata-rata
tingkat kecukupan energi subjek termasuk dalam kategori normal (90-110%).
Persentase terbesar tingkat kecukupan energi subjek secara keseluruhan berada
pada kategori normal. Sementara itu, nilai rata-rata dari tingkat kecukup-an
protein termasuk dalam kategori defisit ringan (80—<90%). Secara
keseluruhan, persentase terbesar subjek berada pada kategori tingkat kecukupan
protein dengan kategori defisit berat (38.6%). Nilai rata-rata tingkat
kecukupan vitamin A termasuk dalam kategori cukup (>77%), lebih dari
separuhnya memiliki tingkat kecukupan vitamin A dengan ka-tegori cukup (54.8%).
Sebagian besar subjek memiliki status gizi normal (93.5%). Lebih dari separuh
subjek (58.1%) memiliki status vitamin A dengan kategori rendah.
BACKGROUND
Selama tiga dekade terakhir, telah tercatat bahwa KVA sebagai
masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian
anak usia prasekolah di negara berkembang (De onis et al. 2007). Di
Indonesia pada tahun 2006 rata-rata prevalensi KVA Sub Klinis (Serum Vitamin A
< 20 ug/dl) dari 7 provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Bali,
NTB, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tenggara) sebesar 11.4% (Herman 2007).
Goal :
Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari asupan vitamin A, status vitamin A, status gizi
dan status kesehatan subjek di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Subjek
merupakan populasi penelitian yang dipilih dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
METHOD
Subjek
diambil dengan purposive sampling dengan kriteria subjek penelitian
merupakan siswa aktif yang terdaftar dalam kelas 2 dan kelas 3 dengan usia 7—9
tahun. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan berupa nama lengkap, umur, dan jenis
kelamin subjek. Data primer berupa data berat badan, tinggi badan,
karakteristik keluarga, konsumsi pangan, status gizi, dan status vitamin A
subjek. Data konsumsi pangan diperoleh dari recall 2x24 jam (1 hari
libur dan 1 hari sekolah).
Tempat :
Sekolah Dasar
Negeri Angsana I dan II, Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor
Waktu :
Dilaksanakan
pada bulan Mei 2013.
Populasi
sumber :
Siswa aktif
yang terdaftar dalam kelas 2 dan kelas 3 dengan usia 7—9 tahun.
CON’T :
Kriteria
pemilihan (inklusi dan eksklusi) :
Kriteria
inklusi meliputi usia 7—9 tahun, sehat, mendapatkan penjelasan penelitian,
menyetujui informed consent dan bersedia mematuhi prosedur penelitian,
sedangkan kriteria eksklusi meliputi mempunyai kelainan, mempunyai alergi
berat, mengonsumsi antibiotik, menerima kapsul vitamin A dosis tinggi setahun
sebelum penelitian dan berpartisipasi dalam penelitian lain.
Besar sampel
:
Nilai Z1-α/2 diperoleh sebesar 2.575 dan Z1-β sebesar 1.272, berdasarkan rumus perhitungan tersebut, maka
diperoleh ukuran subjek (n) seba-nyak 14 subjek. Antisipasi drop out yang
digunakan pada penelitian ini sebesar 10%, sehingga diperoleh sebanyak 16
subjek. Jumlah keseluruhan subjek yang mengikuti penelitian yaitu 31 anak.
Assement and measurements :
Berat badan
anak diukur dengan menggunakan timbangan injak analog sedangkan tinggi badan
diukur dengan menggunakan microtoise. Analisis kadar retinol serum
dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi (Concurrent Liqud
Chromatographic Assay of Retinol).
Statistical analysis :
Angka
kecukupan zat gizi untuk usia anak sekolah yang berumur 7—9 tahun yaitu,
energi 1 850 kkal, protein 49 g dan Vitamin A 500 RE. Dalam penelitian ini, zat
gizi yang diteliti yaitu energi, protein, dan vitamin A. Kategori tingkat
kecukupan energi dan protein adalah defisit berat (<70%), defisit sedang (70—<80%),
defisit ringan (80—<90%), normal (90—<110%), lebih
(>110%) (Briawan et al. 2007). Kategori tingkat kecukupan vitamin A
adalah kurang (<77%) dan cukup (>77%) (Gibson 2005).
RESULT
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan tingkat kecukupan energi kategori
normal sebanyak 41.9%. Sementara itu, masih terdapat subjek pada tingkat
kecukupan energi dengan kategori defisit berat sebanyak 22.6%. Hal ini diduga
karena frekuensi makan anak hanya 1—2 kali sehari sehingga angka
kecukupan tidak terpenuhi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi sosial ekonomi keluarga kategori
miskin, sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat
(33.3%). Hal tersebut diduga karena keterbatasan ekonomi dan rendahnya
pengetahuan gizi orangtua yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang
ditempuh sehingga ketersediaan pangan sumber energi dan kepedulian terhadap
mutu pangan yang diberikan kepada anak kurang.
Hasil
penelitian menemukan bahwa jumlah subjek terbesar berada pada kategori defisit
berat (38.6%), sedangkan anak yang memiliki tingkat kecukupan protein dalam
kategori normal hanya 35.5%.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga kategori miskin,
sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan protein defisit berat yaitu 9
anak (42.9%). Hal tersebut diduga karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
salah satunya adalah keterbatasan ekonomi yang disebabkan rendahnya tingkat
pendidikan sehingga ketersediaan pangan sumber protein dalam rumah tangga
kurang. Selain itu, hal tersebut diduga karena keterbatasan akses dalam
memperoleh sumber protein dan kebiasaan makan dalam keluarga yang lebih
mementingkan pangan sumber energi sehingga pangan sumber protein kurang
diperhatikan. Berdasarkan hasil recall 2x24 jam, sebagian besar subjek
hanya mengonsumsi sumber protein yang berasal dari tumbuhan, seperti tahu dan tempe.
Pada kondisi
sosial ekonomi keluarga kategori miskin, sebagian besar subjek memiliki tingkat
kecukupan vitamin A kurang yaitu 12 anak (57.1%). Hal tersebut diduga karena
keterbatasan ekonomi sehingga ketersediaan pangan sumber vitamin A kurang.
CONCLUSION
Tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan
status gizi, tingkat kecukupan vitamin A dengan status vitamin A, dan status
vitamin A dengan status gizi (p>0.05)
JURNAL
Marliyati, S. A., Nugraha, A., & Anwar, F.
(2014). Asupan Vitamin a, Status Vitamin a, Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Jurnal Gizi Dan Pangan, 9(2),
109–116.
0 Komentar