MAKALAH PENYAKIT DIFTERI (PD3I) MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR


MAKALAH PENYAKIT DIFTERI (PD3I)
MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi Penyakit Menular Mengenai Penyakit Difteri.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Epidemiologi Penyakit Menular Mengenai Penyakit Difteri ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
   



                                                                                     Palu, 01 April 2018   
                                                                                              Penyusun


                                                                                             Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................  i
DAFTAR ISI ................................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................................  2
C.     Tujuan ...........................................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Penyakit Difteri................................................................................. 3
B.     Epidemiologi penyakit berdasarkan orang tempat dan waktu..................... 3
C.     Riwayat alamiah penyakit............................................................................. 4
D.    Rantai penularan penyakit............................................................................ 6
E.     Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)....................................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...................................................................................................  9
B.     Saran .............................................................................................................  10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................  11


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
PD3I adalah Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi   adalah   upaya   yang   dilakukan   dengan   sengaja   memberikan kekebalan   (imunitas)   pada   bayi   atau   anak   sehingga   terhindar   dari   penyakit. Pentingnya   imunisasi   didasarkan   pada   pemikiran   bahwa   pencegahan   penyakit merupakan  upaya  terpenting  dalam  pemeliharaan  kesehatan  anak  (Supartini,  2004, hlm.173). Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau populasi atau bahkan  menghilangkan  penyakit  tertentu  dari  dunia  seperti  pada  imunisasi  cacar  variola. Keadaan yang terakhir lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia. Program   imunisasi   bertujuan   untuk   menurunkan   angka   kesakitan   dan kematian  dari  penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut  adalah  difteri,  tetanus,  batuk  rejan (pertusis),  campak (measles) , polio, dan  tuberculosis. (Notoatmodjo, 2007, hlm.46).
Prevalensi PD3I sangatlah besar. Pada tahun 2008 kasus campak berjumlah 11933, tetanus neonatal 170, dan 187 kasus difteri di Indonesia. PD3I juga merupakan salah satu faktor kematian anak di Indonesia yang cukup tinggi.
Tenaga Kesehatan Masyarakat adalah salah satu tenaga di bidang kesehatan yang memiliki ilmu manajemen yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Ditinjau dari kurikulum pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat, maka kompetensi tenaga kesehatan masyarakat yaitu kemampuan menganalisis dan sintesis permasalahan kesehatan masyarakat dan upaya mengatasi masalah tersebut, memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyusun, mengelola, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat, memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyusun proposal penelitian, manajemen kesehatan, dan melaksanakannya dengan baik. Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) bermanfaat dalam mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat berbasis lingkungan, termasuk melalukan berbagai kreasi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Dalam upaya pembangunan kesehatan peranan yang dilakukan tenaga kesehatan masyarakat salah satunya adalah melakukan upaya promotif dan preventif. Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dari pembaca utamanya calon tenaga kesehatan masyarakat agar nantinya dapat membantu upaya promotif dan preventif dari PD3I sehingga derajat kesehatan masyarakat makin meningkat.
B.      Rumusan Masalah
1.      Apa definisi penyakit difteri?
2.      Apa saja epidemiologi penyakit berdasarkan orang, tempat dan waktu dalam penyakit difteri?
3.      Bagaimana riwayat alamiah penyakit difteri?
4.      Bagaimana rantai penularan penyakit difteri?
5.      Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)?
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi penyakit difteri.
2.      Untuk mengetahui epidemiologi penyakit berdasarkan orang, tempat dan waktu dalam penyakit difteri.
3.      Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit difteri.
4.      Untuk mengetahui rantai penularan penyakit difteri.
5.      Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).







BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi
Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan. Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Beberapa pasien juga mengalami infeksi kulit.
B. Epidemiologi Penyakit Berdasarkan Orang, Tempat dan Waktu
1.              Person (Orang)
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda.
Data menunjukkan bahwa setiap tahunnya didunia ini terdapat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir akibat tidak mendapatkan imunisasi. Tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak,  2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000  anak, 1 akan menderita polio.
2.              Place (Tempat)
Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis, Tetanus) penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.


3.              Time (Waktu)
Penyakit difteri dapat meyerang siapa saja dan kapan saja tanpa mengenal waktu. Apabila kuman telah masuk kedalam tubuh dan tubuh kita tidak mempunyai system  kekebalan tubuh maka pada saat itu kuman akan berkembang biak dan berpotensi untuk terjangkit penyakit difteri.
C. Riwayat Alamiah Penyakit
1.    Tahap Prepatogenesis
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf. Timbulnya lesi yang khas disebabkan oleh cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai suatu membran asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi
Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita maupun sebagai carier. Cara penularannya yaitu melalui kontak dengan penderita pada masa inkubasi atau kontak dengancarier. Caranya melalui pernafasan ataudroplet infection dan difteri kulit yang mencemari tanah sekitarnya.
2.    Tahap Patogenesis
a.  Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit difteri ini 2 – 5 hari, masa penularan penderita 2-4 minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa penularan carier bisa sampai 6 bulan.
b.   Tahap Dini
Gejala penyakit difteri ini adalah :
·      Panas lebih dari 38 °C
·      Tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu
·      Demam dan menggigil
·      Ada psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil
·      Sakit waktu menelan
·      Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher
c.       Tahap Lanjut
Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri sampai ke hidung, hidung akan meler. Peradangan bisa menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan pernafasan.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf.
Toksin biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan. Penderita mengalami kesulitan menelan pada minggu pertama kontaminasi toksin. Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai. Kerusakan pada otot jantung (miokarditis) bisa terjadi kapan saja selama minggu pertama sampai minggu keenam, bersifat ringan, tampak sebagai kelainan ringan pada EKG. Namun, kerusakan bisa sangat berat, bahkan menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak. Pemulihan jantung dan saraf berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu. Pada penderita dengan tingkat kebersihan buruk, tak jarang difteri juga menyerang kulit.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan pseudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya, di dekat amandel dan bagian tenggorokan yang lain. Membran ini tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir di bawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udara atau secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.
3.    Tahap Pasca pathogenesis/Tahap Akhir
Dengan pengobatan yang cepat dan tepat maka komplikasi yang berat dapat dihindari, namun keadaan bisa makin buruk bila pasien dengan usia yang lebih muda, perjalanan penyakit yang lama, gizi kurang dan pemberian anti toksin yang terlambat.
Walaupun sangat berbahaya dan sulit diobati, penyakit ini sebenarnya bisa dicegah dengan cara menghindari kontak dengan pasien difteri yang hasil lab-nya masih positif dan imunisasi.  Pengobatan khusus penyakit difteri bertujuan untuk menetralisir toksin dan membunuh basil dengan antibiotika (penicilin procain, Eritromisin, Ertromysin, Amoksisilin, Rifampicin, Klindamisin, tetrasiklin).
D. Rantai Penularan Penyakit
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bakteri yang diberi nama Cornyebacterium diphteriae. Cara penularan penyakit difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman-kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang-orang disekitarnya. Tanda-tanda dan gejala penyakit difteri yaitu: ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi tenggorokan dan tonsil, sakit tenggorokan dan suara serak, sakit ketika menelan, kelenjar getah bening di leher membengkak, kesulitan bernafas dan nafas cepat, keluar cairan dari hidung, demam dan menggigil. Tanda dan gejala umumnya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin juga baru muncul 10 hari kemudian. Penularan penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang dikeluarkan oleh penderita ketika batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui tissue atau sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau menyentuh luka penderita. Akibat penyakit difteri yaitu setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf. Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.
E. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DTP. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Vaksin DTP termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun.
Vaksin Td dapat diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang optimal. Apabila imunisasi DTP terlambat diberikan, imunisasi kejaran yang diberikan tidak akan mengulang dari awal. Bagi anak di bawah usia 7 tahun yang belum melakukan imunisasi DTP atau melakukan imunisasi yang tidak lengkap, masih dapat diberikan imunisasi kejaran dengan jadwal sesuai anjuran dokter anak Anda. Namun bagi mereka yang sudah berusia 7 tahun dan belum lengkap melakukan vaksin DTP, terdapat vaksin sejenis yang bernama Tdap untuk diberikan.
Penanggulangan dapat dilakukan dengan terapi difteri
Penyakit difteri adalah kondisi yang serius, maka dokter akan memberikan terapi dengan cepat dan agresif. Langkah pertama terapi pengobatan difteri adalah injeksi antitoksin. Injeksi antitoksin ini akan melawan toksin yang dihasilkan bakteri di dalam tubuh. Pastikan beritahu dokter jika Anda memiliki
alergi terhadap obat tertentu.  Jika memang ada suatu alergi, maka dokter akan berhati-hati dalam pemberian antitoksin, dimulai dari dosis yang sedikit lalu meningkat sedikit demi sedikit. Dokter juga dapat meresepkan antibiotik seperti penisilin dan eritromisin, untuk membantu memberantas infeksi dalam tubuh. Selama pengobatan difteri, dokter juga dapat menyarankan untuk pasien opname di rumah sakit di ruang isolasi sehingga pasien tidak akan berpotensi menularkan infeksi ke orang lain.








BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.      Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.
2.      Epidemiologi Penyakit Berdasarkan Orang, Tempat dan Waktu yaitu Person (Orang) difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Place (Tempat) penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Time (Waktu)Penyakit difteri dapat meyerang siapa saja dan kapan saja tanpa mengenal waktu.
3.      Riwayat Alamiah Penyakit tahap Prepatogenesis difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Tahap Patogenesis yaitu: Tahap Inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Tahap Dini gejala penyakit difteri ini adalah panas lebih dari 38 °C, tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu, demam dan menggigil, ada psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil, sakit waktu menelan,leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher. Tahap Lanjut biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri sampai ke hidung, hidung akan meler. Tahap Pasca pathogenesis/Tahap Akhir dengan pengobatan yang cepat dan tepat maka komplikasi yang berat dapat dihindari, namun keadaan bisa makin buruk bila pasien dengan usia yang lebih muda, perjalanan penyakit yang lama, gizi kurang dan pemberian anti toksin yang terlambat.
4.      Rantai penularan penyakit penyebab penyakit difteri adalah jenis bakteri yang diberi nama Cornyebacterium diphteriae. Cara penularan penyakit difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman-kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang-orang disekitarnya.
5.      Upaya Pencegahan dan Penanggulangan yaitu langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DTP. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Vaksin DTP termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Penanggulangan dapat dilakukan dengan terapi difteri penyakit difteri adalah kondisi yang serius, maka dokter akan memberikan terapi dengan cepat dan agresif.  
B.      Saran
Disarankan untuk melakukan imunisasi  yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib pada anak tetapi kekebalan yang diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali dan harus dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilakukan uji schic juga menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Semoga makalah mengenai penyakit difteri ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Andareto 2015, Penyakit Menular di Sekitar Anda, Pustaka Ilmu Semesta, Jakarta.
https://www.scribd.com/document/336783128/makalah-pd3
https://hellosehat.com/penyakit/difteri/
http://arendareka.blogspot.co.id/2013/12/dpt-difteri-pertusis-tetanus_990.html
http://andhietakwa.blogspot.co.id/2011/05/riwayat-alamiah-penyakit-difteri.html
https://www.dictio.id/t/penyakit-apa-saja-yang-dapat-dicegah-dengan-imunisasi/13162/2
http://www.alodokter.com/difteri

Posting Komentar

0 Komentar